Mahasiswa di Jordania gelar protes keputusan Trump mengenai Jerusalem
7 Desember 2017 20:19 WIB
Wakil Presiden Mike Pence berdiri di belakang Presiden Donald Trump yang memegang proklamasi yang ia tanda tangani bahwa Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel dan akan memindahkan kedutaanya kesana, saat berpidato dari Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, Rabu (6/12/2017). (REUTERS/Kevin Lamarque)
Amman, Jordania (ANTARA News) - Ribuan mahasiswa di beberapa universitas Jordania menggelar protes untuk mengutuk keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Dalam protes duduk di University of Jordania, mahasiswa menyuarakan pengutukan mereka mengenai keputusan tersebut dan menyatakan itu adalah pelanggaran terhadap semua hukum internasional dan hanya menguntungkan ekstremis serta menyulut kerusuhan.
Protes serupa digelar di universitas publik dan swasta di Universitas Irbid, Karak dan Zarqa.
"Kami takkan menerima keputusan AS, yang provokatif. AS tak bisa memberi jaminan Jerusalem buat negara Yahudi," demikian tulisan pada spanduk yang dibawa mahasiswa selama protes, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam.
Mereka menyeru masyarakat internasional untuk menghormati resolusi dan janjinya yang menyatakan masalah Jerusalem akan diputuskan melalui penyelesaian lewat perundingan.
Beberapa partai politik, termasuk Gerakan Islam di Jordania, mengumumkan rencana bagi protes di seluruh kota Jordania setelah Shalat Jumat.
Pemerintah Jordania menolak keputusan AS dan mengatakan Jordania akan melanjutkan upaya untuk menemukan penyelesaian.
Pada Rabu, Trump mengumumkan bahwa AS secara resmi mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan bahwa ia bermaksud memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Jerusalem. Banyak ahli memperingatkan tindakan tersebut akan menyebar pergolakan dan kekacauan di Timur Tengah.
Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah pada Kamis mengatakan Amerika Serikat tak bisa menjadi penaja perdamaian lagi setelah pengumuman Presiden AS Donald Trump bahwa Jerusalem adalah Ibu Kota Negara Israel.
"Kami tak bisa menerima anda lagi sebagai penaja bagi proses perdamaian di Timur Tengah," kata Hamdallah dalam taklimat yang ia selenggarakan di Jalur Gaza setelah tiba dari Tepi Barat Sungai Jordan untuk pembicaraan perujukan internal Palestina.
Sikap Hamdallah adalah reaksi terhadap pengumuman Trump bahwa Jerusalem adalah Ibu Kota Israel, sehingga memicu kemarahan luas rakyat Palestina di seluruh Wilayah Palestina.
(Uu.C003)
Dalam protes duduk di University of Jordania, mahasiswa menyuarakan pengutukan mereka mengenai keputusan tersebut dan menyatakan itu adalah pelanggaran terhadap semua hukum internasional dan hanya menguntungkan ekstremis serta menyulut kerusuhan.
Protes serupa digelar di universitas publik dan swasta di Universitas Irbid, Karak dan Zarqa.
"Kami takkan menerima keputusan AS, yang provokatif. AS tak bisa memberi jaminan Jerusalem buat negara Yahudi," demikian tulisan pada spanduk yang dibawa mahasiswa selama protes, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam.
Mereka menyeru masyarakat internasional untuk menghormati resolusi dan janjinya yang menyatakan masalah Jerusalem akan diputuskan melalui penyelesaian lewat perundingan.
Beberapa partai politik, termasuk Gerakan Islam di Jordania, mengumumkan rencana bagi protes di seluruh kota Jordania setelah Shalat Jumat.
Pemerintah Jordania menolak keputusan AS dan mengatakan Jordania akan melanjutkan upaya untuk menemukan penyelesaian.
Pada Rabu, Trump mengumumkan bahwa AS secara resmi mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan bahwa ia bermaksud memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Jerusalem. Banyak ahli memperingatkan tindakan tersebut akan menyebar pergolakan dan kekacauan di Timur Tengah.
Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah pada Kamis mengatakan Amerika Serikat tak bisa menjadi penaja perdamaian lagi setelah pengumuman Presiden AS Donald Trump bahwa Jerusalem adalah Ibu Kota Negara Israel.
"Kami tak bisa menerima anda lagi sebagai penaja bagi proses perdamaian di Timur Tengah," kata Hamdallah dalam taklimat yang ia selenggarakan di Jalur Gaza setelah tiba dari Tepi Barat Sungai Jordan untuk pembicaraan perujukan internal Palestina.
Sikap Hamdallah adalah reaksi terhadap pengumuman Trump bahwa Jerusalem adalah Ibu Kota Israel, sehingga memicu kemarahan luas rakyat Palestina di seluruh Wilayah Palestina.
(Uu.C003)
Pewarta: LKBN Antara
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: