Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak melemah 18 poin menjadi Rp13.528 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.546 per dolar AS.

Pengamat pasar uang dari Bank Saudara Tbk Rully Nova mengatakan bahwa ekspektasi pasar terhadap cadangan devisa Indonesia periode November yang akan kembali meningkat menjadi salah satu faktor yang menopang rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS.

"Cadangan devisa Indonesia sedianya akan dirilis pada akhir pekan ini, cadangan devisa yang meningkat akan mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi di dalam negeri," ujarnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia, posisi cadangan devisa pada akhir Oktober 2017 tercatat 126,5 miliar dolar AS. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Ia menambahkan bahwa apresiasi rupiah juga didukung oleh inflasi yang tetap terjaga. Meski inflasi terjaga di level rendah, Bank Indonesia kemungkinan tetap mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 4,25 persen.

"Ekespektasi pasar Bank Indonesia masih akan mempertahankan suku bunga turut menjaga rupiah di aea positif," katanya.

Sementara itu, Analis Monex Investindo Futures, Faisyal mengatakan bahwa dolar AS masih berpeluang untuk kembali menguat seiring dengan adanya kemajuan dalam legislasi pajak Amerika Serikat dan adanya upaya anggota parlemen untuk menghindari "shutdown" pemerintah AS.

"Potensi penguatan dolar AS juga dapat kian solid jika perilisan data klaim tunjangan pengangguran AS yang lebih baik dari ekspektasi pasar," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (7/12) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.552 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.524 per dolar AS.