Trump dinilai provokatif
7 Desember 2017 15:12 WIB
Dokumentasi seorang pengunjung berjalan menuju Kubah Shakhrah saat memasuki wilayah yang dikenal dengan nama Baitul Maqdis bagi umat Yahudi atau Al Haram Asy Syarif bagi umat Islam, di Kota Tua Yerusalem, Minggu (19/10). (REUTERS/Ammar Awad)
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR, Mahyudin, menilai tindakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel dapat memprovokasi banyak kalangan sekaligus meningkatkan ketegangan politik di Timur Tengah.
Dari Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis, dia memberi keterangan pers, yang diberitakan di Jakarta, bahwa kebijakan Trump itu akan menimbulkan ketidakstabilan di Timur Tengah.
Mahyudin mengharapkan pemerintah Amerika Serikat bisa mempertimbangkan kembali kebijakan itu dengan memperhatikan situasi yang dapat berkembang.
"Bagi Palestina, Jerusalem adalah ibu kota yang abadi. Kalau Israel memindahkan ibu kotanya dari Tel Aviv ke Jerusalem, tentu bakal menimbulkan pertikaian yang lebih besar," katanya.
Trump mengakui Jerusalem yang disengketakan sebagai ibu kota Israel pada Rabu (6/12), suatu keputusan yang merusak kebijakan puluhan tahun Amerika Serikat, melanggar kesepakatan internasional, dan berisiko menimbulkan gelombang kekerasan baru di Timur Tengah.
Dari Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis, dia memberi keterangan pers, yang diberitakan di Jakarta, bahwa kebijakan Trump itu akan menimbulkan ketidakstabilan di Timur Tengah.
Mahyudin mengharapkan pemerintah Amerika Serikat bisa mempertimbangkan kembali kebijakan itu dengan memperhatikan situasi yang dapat berkembang.
"Bagi Palestina, Jerusalem adalah ibu kota yang abadi. Kalau Israel memindahkan ibu kotanya dari Tel Aviv ke Jerusalem, tentu bakal menimbulkan pertikaian yang lebih besar," katanya.
Trump mengakui Jerusalem yang disengketakan sebagai ibu kota Israel pada Rabu (6/12), suatu keputusan yang merusak kebijakan puluhan tahun Amerika Serikat, melanggar kesepakatan internasional, dan berisiko menimbulkan gelombang kekerasan baru di Timur Tengah.
Pewarta: Panca Prabowo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: