Jakarta (ANTARA News) - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudi Antara mengatakan kesadaran keamanan siber masyarakat di Tanah Air masih rendah.

"Penduduk Indonesia masih lemah dalam menerapkan teknologi keamanan siber. Saat ini, indeks keamanan siber Indonesia berada di peringkat ke-70 dunia, jauh di bawah Malaysia dan Singapura," ujar Rudi dalam acara keamanan siber di Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan keamanan siber sudah menjadi isu global dan mendapat perhatian khusus nyaris semua negara. Menurut dia, khusus negara anggota ASEAN, manifestasi keamanan siber dirangkum dalam deklarasi "Siengrip" yang disepakati semua menteri komunikasi dan informatika di Kamboja pekan lalu.

"Keamanan siber ini bukan hanya isu di Indonesia. Isu global dan regional. Satu klausul dari deklarasi itu adalah kolektif usaha. Kita masih nomor 70 kalau tidak salah, jadi masih banyak yang harus dikejar."

Dia menambahkan pemerintah terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap keamanan siber, terutama bagi generasi muda. Keamanan siber sangat penting bagi pertumbuhan bisnis masa depan seiring gencarnya penetrasi teknologi informatika berbasis internet.

"Saya minta bantuan teman-teman media, untuk selalu mensosialisasikan mengenai keamanan siber ini. Harus ada semacam kesadaran pada diri masyarakat dari semua mengenai hal ini. Contoh, ini kan teman-teman pasti pakai email, kapan terakhir ganti password? Ada yang enggak pernah, itu bahaya."

Sementara itu, Direktur Penjualan dan Pemasaran ESET APAC Parvinder Walia menambahkan, Indonesia berpotensi menjadi negara besar pembangun ekonomi digital.

"Keamanan siber di Indonesia harus diperkuat agar dunia usaha dan bisnis digital berjalan pesat. Indonesia akan menjadi pemain ekonomi digital terbesar di Asia. Pada 2020, kami yakin, keamanan siber memainkan peran penting untuk mewujudkan tujuan ekonomi digital," ujar Parvinder.

Parvinder juga menambahkan keamanan siber tak hanya bagi perusahaan namun juga perorangan. Selama ini, keamanan siber untuk perorangan kurang diperhatikan.

"Terutama untuk pengguna ponsel pintar berbasis Android, karena dasarnya adalah open source yang semua orang bisa memodifikasinya," imbuh Parvinder.