Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak melemah tipis sebesar empat poin menjadi Rp13.523 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.519 per dolar Amerika Serikat (AS).

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa sentimen reformasi pajak Amerika Serikat masih menjadi penopang dolar AS untuk terapresiasi terhadap mayoritas mata uang dunia termasuk rupiah.

"Kemajuan pembahasan RUU Pajak Amerika Serikat direspon positif pelaku pasar uang sehingga memicu permintaan dolar AS," katanya.

Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi dolar AS relatif terbatas karena investor juga bersikap hati-hati menjelang pemungutan suara mengenai RUU Pajak di Senat pekan ini setelah DPR AS meloloskan program itu.

Di sisi lain, lanjut dia, sentimen negatif bagi dolar AS juga muncul setelah beredar kabar peluang "shutdown" aktivitas pemerintah Amerintah Serikat. Juru bicara Gedung Putih menyampaikan ada peluang shutdown pemerintah karena pendanaan pemerintah akan berakhir.

"Kondisi itu menjadi pemberat bagi pergerakan dolar AS," katanya.

Sementara itu, Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai bahwa ekonomi Amerika Serikat diperkirakan masih akan menguat terlebih dengan rencana Presiden AS Donald Trump yang akan melakukan ekspansi fiskal melalui pemangkasan pajak.

"Pemangkasan pajak akan memberikan ruang kepada konsumen untuk mempunyai kemampuan berkonsumsi lebih tinggi," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (6/12) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.524 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.515 per dolar AS.