Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak menguat sebesar 21 poin menjadi Rp13.506 dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp13.527 per dolar AS.

Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta mengatakan bahwa salah satu faktor yang masih menjaga fluktuasi rupiah bergerak dalam area positif yakni inflasi yang terkendali pada tahun ini.

"Inflasi domestik cenderung stabil, itu turut mendukung rupiah di pasar valas domestik," ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada November 2017 sebesar 0,2 persen. Dengan demikian, tingkat inflasi tahun kalender Januari-November 2017 mencapai 2,87 persen dan inflasi tahunan (year on year) sebesar 3,3 persen.

Namun, lanjut Lukman Leong, penguatan rupiah relatif tertahan di tengah fokus investor yang tertuju pada data ekonomi Amerika Serikat yang dapat dijadikan petunjuk bagi pelaku pasar mengenai rencana kebijakan moneter The Fed pada 2018 mendatang.

"Pergerakan rupiah masih didominasi oleh faktor Amerika Serikat. Pelaku pasar cenderung masih `wait and see` menunggu data pekerja Amerika Serikat pekan ini, dan pertemuan The Fed pada pekan depan," katanya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa potensi dolar AS kembali menguat juga masih terbuka didorong oleh kemajuan pembahasan RUU Pajak di Amerika Serikat.

"Janji Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk memangkas tarif pajak akhirnya menjadi kenyataan. Dalam regulasi itu juga diatur keringanan pajak bagi perusahaan yang membawa seluruh keuntungan dari luar negeri kembali ke dalam AS," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (5/12) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.515 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.527 per dolar AS.