Sudah diimunisasi masih bisa kena difteri?
5 Desember 2017 16:56 WIB
Seorang balita menangis saat imunisasi difteri di salah satu klinik kawasan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/12/2017). Pemerintah tengah memerangi wabah penyakit difteri dan sudah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) karena jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae tersebut telah banyak memakan korban jiwa di 20 Provinsi di Tanah Air. (ANTARA /Yulius Satria Wijaya)
Jakarta (ANTARA News) - Belakangan muncul pertanyaan di benak masyarakat, jika sudah diimunisasi difteri masih bisa terkena difteri? apa jawaban ahli kesehatan?
Spesialis anak dari RS Pusat Otak Nasional, Dr Roy Amardiyanto SpA, mengatakan, mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi DPT lengkap memiliki kadar protektif antibodi sebanyak 95 persen.
"Artinya 95 persen anak yang di vaksin DPT lengkap punya daya tahan yang cukup untuk mencegah sakit difteri," ujar dia kepada ANTARA News melalui pesan elektroniknya, Selasa.
Terdapat tiga jenis vaksin untuk imunisasi difteri, yaitu vaksin DPT-HB-Hib, vaksin DT, dan vaksin Td yang diberikan pada usia berbeda. Imunisasi Difteri diberikan melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah 1 tahun) sebanyak 3 dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak 1 bulan.
Selanjutnya, diberikan imunisasi lanjutan (booster) pada anak umur 18 bulan sebanyak satu dosis vaksin DPT-HB-Hib; pada anak sekolah tingkat dasar kelas-1 diberikan 1 dosis vaksin DT, lalu pada murid kelas-2 diberikan satu dosis vaksin Td, kemudian pada murid kelas-5 diberikan satu dosis vaksin Td.
Sedangkan, pada wanita usia subur (calon pengantin dan ibu hamil) diberikan satu dosis vaksin Td atau bila status imunisasinya tidak lengkap diberikan 2 dosis vaksin Td dengan jarak satu bulan.
Dalam kesempatan berbeda, Direktur Surveilans dan Karantina Kementerian Kesehatan, Jane Soepardi, menekankan, peluang seseorang terkena difteri kemungkinan karena menipisnya populasi bakteri difteri.
"Bagi yang sudah diimunisasi tapi masih kena, kemungkinan karena populasi bakteri difteri yang sudah menipis karena imunisasi," ujar dia dalam kesempatan berbeda.
Soepardi mengatakan, kekebalan terhadap difteri tidak berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya masyarakat perlu menerima vaksin difteri setiap 10 tahun.
"Kekebalan difteri tidak seumur hidup. Di negara maju, vaksin difteri diberitahu tiap 10 tahun seumur hidup," tutur dia.
Sama seperti dia, Amardiyanto juga menekankan pentingnya masyarakat melakukan imunisasi difteri dan diulang setiap 10 tahun sekali.
"Difteri bisa dicegah dengan imunisasi DPT. Asalkan lengkap, bisa cover mencegah sampai usia dewasa. Tetapi saat dewasa ada pengulangan kembali (pemberian vaksin) 10 tahun sekali. Vaksinasi sebaiknya dijalankan. Semakin banyak yang divaksinasi kemungkinan difteri mengenai anak terutama dan menyerang ke orang sekitarnya lebih kecil," kata dia.
Spesialis anak dari RS Pusat Otak Nasional, Dr Roy Amardiyanto SpA, mengatakan, mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi DPT lengkap memiliki kadar protektif antibodi sebanyak 95 persen.
"Artinya 95 persen anak yang di vaksin DPT lengkap punya daya tahan yang cukup untuk mencegah sakit difteri," ujar dia kepada ANTARA News melalui pesan elektroniknya, Selasa.
Terdapat tiga jenis vaksin untuk imunisasi difteri, yaitu vaksin DPT-HB-Hib, vaksin DT, dan vaksin Td yang diberikan pada usia berbeda. Imunisasi Difteri diberikan melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah 1 tahun) sebanyak 3 dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak 1 bulan.
Selanjutnya, diberikan imunisasi lanjutan (booster) pada anak umur 18 bulan sebanyak satu dosis vaksin DPT-HB-Hib; pada anak sekolah tingkat dasar kelas-1 diberikan 1 dosis vaksin DT, lalu pada murid kelas-2 diberikan satu dosis vaksin Td, kemudian pada murid kelas-5 diberikan satu dosis vaksin Td.
Sedangkan, pada wanita usia subur (calon pengantin dan ibu hamil) diberikan satu dosis vaksin Td atau bila status imunisasinya tidak lengkap diberikan 2 dosis vaksin Td dengan jarak satu bulan.
Dalam kesempatan berbeda, Direktur Surveilans dan Karantina Kementerian Kesehatan, Jane Soepardi, menekankan, peluang seseorang terkena difteri kemungkinan karena menipisnya populasi bakteri difteri.
"Bagi yang sudah diimunisasi tapi masih kena, kemungkinan karena populasi bakteri difteri yang sudah menipis karena imunisasi," ujar dia dalam kesempatan berbeda.
Soepardi mengatakan, kekebalan terhadap difteri tidak berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya masyarakat perlu menerima vaksin difteri setiap 10 tahun.
"Kekebalan difteri tidak seumur hidup. Di negara maju, vaksin difteri diberitahu tiap 10 tahun seumur hidup," tutur dia.
Sama seperti dia, Amardiyanto juga menekankan pentingnya masyarakat melakukan imunisasi difteri dan diulang setiap 10 tahun sekali.
"Difteri bisa dicegah dengan imunisasi DPT. Asalkan lengkap, bisa cover mencegah sampai usia dewasa. Tetapi saat dewasa ada pengulangan kembali (pemberian vaksin) 10 tahun sekali. Vaksinasi sebaiknya dijalankan. Semakin banyak yang divaksinasi kemungkinan difteri mengenai anak terutama dan menyerang ke orang sekitarnya lebih kecil," kata dia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: