Karangasem, Bali (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memantau secara visual kondisi asap vulkanis Gunung Agung yang mulai terlihat menipis, akibat tercacah (dispersia) hembusan angin di atas kawah.

"Secara umum, warna asap yang keluar dari Gunung Agung saat ini dominan uap dan untuk menghasilkan abu ini magma harus terfragmentasi," kata Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana di Pos Pemantauan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Senin.

Ia mengatakan, keluarnya asap tipis berwarna putih di permukaan kawah Gunung Agung itu mencapai ketinggian 500 meter yang belum membahayakan penerbangan di Pulau Bali.

Menurut dia, meskipun kondisi Gunung Agung saat ini terlihat tenang, namun status Gunung Agung tetap berada di level IV atau awas.

Ia menerangkan, biasanya gunung berapi mengalami dua fase erupsi yakni erupsi eksplosif atau magma yang terfragmentasi letusan abu yang keluar secara vertikal dan fase erupsi efusif maka tidak mengeluarkan abu vulkanik namun berupa lava keluar secara pelan-pelan.

Namun, erupsi Gunung Agung yang terjadi beberapa waktu lalu pada awalnya freatomagmatik dan memang ada unsur air di dalamnya dan magma segar (juvenil) yang terdapat di dalamnya.

"Untuk itu, selama magma segar ini tetap ada maka ada komponen magmatik sehingga dapat dikatakan erupsi magmatik," tegasnya.

Terkait letupan kecil yang terdengar kemaren malam, lanjut Devy, kemungkinan karena ada tekanan frekuensi rendah berlebih yang bersamaan dan dilepaskan ke permukaan sehingga menghasilkan bunyi.

Berdasarkan laporan petugas dan masyarakat yang berada di radius enam kilometer, sering mendengar suara dentuman di kawah Gunung Agung.

"Ini wajar saja terjadi pada gunung merapi dan memang bunyi ini gemuruh dengan intensitas yang kecil. Gunung Agung saat ini tidak istirahat penuh, namun masih dalam fase erupsi (keluarnya material magmati ke permukaan)," ujarnya.