Keraton Solo laksanakan upacara adang tahun dal
4 Desember 2017 02:18 WIB
Raja Paku Buwono XIII Hangabehi menghadiri pembukaan kembali Museum Swaka Budaya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, Jawa Tengah, Senin (1/5/2017). Museum yang menjadi wisata andalan Kota Solo tersebut sebelumnya ditutup untuk umum menjelang peringatan naik tahta raja atau
Solo (ANTARA News) - Keraton Solo melaksanakan upacara adang tahun dal dengan khidmat diikuti oleh pejabat provinsi dan kota, kerabat keraton, dan masyarakat sekitar.
Pantauan di lapangan, Minggu malam, acara dimulai pada pukul 20.30 WIB bersamaan dengan Paku Buwono XIII keluar menuju Pawon Gondorasan di Komplek Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Kelurahan Baluwarti, Solo.
Rangkaian upacara adang tahun dal diawali dengan penjamasan dhandhang pusaka Kyai Duda yang sudah dilaksanakan kemarin di lokasi yang sama. Selanjutnya, pada hari ini dilanjutkan dengan proses menanak nasi yang dilakukan sendiri oleh Sinuhun PB XIII.
Terkait prosesi acara tersebut, Pengageng Parentah Karaton GPH Dipokusumo mengatakan untuk perlengkapan menanak nasi menggunakan peralatan dari Delanggu dan Lumbung Selayur. Sedangkan air yang digunakan untuk memasak berasal dari mata air Pengging, Mungup, Cokrotulung, Bonowelang, dan Sumur Jolotundo.
Sedangkan untuk penutup dhandhang atau kekeb terbuat dari gerabah yang tanahnya berasal dari Bayat, Kabupaten Klaten dan Selo, Kabupaten Grobogan. Untuk peralatan tersebut dibuat khusus untuk sekali pakai.
Sedangkan api yang digunakan untuk memasak nasi di tungku berasal dari api abadi yang ada di Makam Kyai Ageng Selo di Grobogan.
Dari pantauan, selama upacara menanak nasi berlangsung, abdi dalem tidak henti membaca dzikir dan shalawat selama satu malam. Selanjutnya, ketika nasi sudah matang maka akan dilaksanakan "pisowanan" atau menghadap Raja di Kajogan Ndalem Ageng pada esok hari Senin (4/11) pada pukul 10.00 WIB.
"Dalam pisowanan ini Sinuhun XIII membagikan nasi yang telah dimasak semalam kepada kerabat dan abdi dalem," katanya.
Mengenai upacara, Dipo mengatakan acara tersebut merupakan simbol kebersamaan dan persatuan antar raja dengan masyarakat.
"Selain itu, momen ini juga sangat ditunggu oleh para abdi dalem karena dapat melihat langsung dhandang Kyai Duda peninggalan Dewi Nawangwulan," katanya.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan kisah yang beredar di masyarakat, Dewi Nawangwulan adalah seorang bidadari yang dicuri selendangnya oleh Jaka Tarub pada saat Dewi sedang mandi hingga akhirnya membuat dia tidak bisa kembali ke kahyangan.
Selanjutnya, Dewi Nawangwulan yang hidup di bumi diperistri oleh Jaka Tarub. Pada ceritanya, Dewi yang memiliki kesaktian dapat membuat satu butir beras dimasak menjadi satu dhandhang penuh nasi.
"Dhandhang inilah yang sampai sekarang disimpan di keraton dengan nama Dhandhang Kyai Duda," katanya.
Untuk diketahui, beberapa pejabat yang hadir dalam upacara tersebut di antaranya Kapolda Jawa Tengah Irjen Condro Kirono, Pangdam IV Diponegoro Mayjen Tatang Sulaiman, Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko, Sekda Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono, dan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo.
Pantauan di lapangan, Minggu malam, acara dimulai pada pukul 20.30 WIB bersamaan dengan Paku Buwono XIII keluar menuju Pawon Gondorasan di Komplek Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Kelurahan Baluwarti, Solo.
Rangkaian upacara adang tahun dal diawali dengan penjamasan dhandhang pusaka Kyai Duda yang sudah dilaksanakan kemarin di lokasi yang sama. Selanjutnya, pada hari ini dilanjutkan dengan proses menanak nasi yang dilakukan sendiri oleh Sinuhun PB XIII.
Terkait prosesi acara tersebut, Pengageng Parentah Karaton GPH Dipokusumo mengatakan untuk perlengkapan menanak nasi menggunakan peralatan dari Delanggu dan Lumbung Selayur. Sedangkan air yang digunakan untuk memasak berasal dari mata air Pengging, Mungup, Cokrotulung, Bonowelang, dan Sumur Jolotundo.
Sedangkan untuk penutup dhandhang atau kekeb terbuat dari gerabah yang tanahnya berasal dari Bayat, Kabupaten Klaten dan Selo, Kabupaten Grobogan. Untuk peralatan tersebut dibuat khusus untuk sekali pakai.
Sedangkan api yang digunakan untuk memasak nasi di tungku berasal dari api abadi yang ada di Makam Kyai Ageng Selo di Grobogan.
Dari pantauan, selama upacara menanak nasi berlangsung, abdi dalem tidak henti membaca dzikir dan shalawat selama satu malam. Selanjutnya, ketika nasi sudah matang maka akan dilaksanakan "pisowanan" atau menghadap Raja di Kajogan Ndalem Ageng pada esok hari Senin (4/11) pada pukul 10.00 WIB.
"Dalam pisowanan ini Sinuhun XIII membagikan nasi yang telah dimasak semalam kepada kerabat dan abdi dalem," katanya.
Mengenai upacara, Dipo mengatakan acara tersebut merupakan simbol kebersamaan dan persatuan antar raja dengan masyarakat.
"Selain itu, momen ini juga sangat ditunggu oleh para abdi dalem karena dapat melihat langsung dhandang Kyai Duda peninggalan Dewi Nawangwulan," katanya.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan kisah yang beredar di masyarakat, Dewi Nawangwulan adalah seorang bidadari yang dicuri selendangnya oleh Jaka Tarub pada saat Dewi sedang mandi hingga akhirnya membuat dia tidak bisa kembali ke kahyangan.
Selanjutnya, Dewi Nawangwulan yang hidup di bumi diperistri oleh Jaka Tarub. Pada ceritanya, Dewi yang memiliki kesaktian dapat membuat satu butir beras dimasak menjadi satu dhandhang penuh nasi.
"Dhandhang inilah yang sampai sekarang disimpan di keraton dengan nama Dhandhang Kyai Duda," katanya.
Untuk diketahui, beberapa pejabat yang hadir dalam upacara tersebut di antaranya Kapolda Jawa Tengah Irjen Condro Kirono, Pangdam IV Diponegoro Mayjen Tatang Sulaiman, Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko, Sekda Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono, dan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo.
Pewarta: Aries Wasita Widi Astuti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: