Surabaya (ANTARA News) - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mochamad Basuki Hadimuljono mendorong inovasi infrastruktur yang berkelanjutan setelah sinergi sejumlah perusahaan di dalam negeri terbukti mampu membangun rangka utama pembangunan Jembatan Holtekamp.

"Ini bukti bahwa kita memiliki sumber daya manusia di bidang pembangunan jembatan," katanya saat meluncurkan bangunan bentang tengah Jembatan Holtekamp di Dermaga Divisi Kapal Niaga PT PAL Indonesia, Surabaya, Minggu.

Bangunan bentang tengah tersebut merupakan salah satu rangka utama Jembatan Holtekamp di Kota Jayapura, Papua, yang merupakan salah satu mega proyek infrastruktur di kawasan timur Indonesia.

Jembatan sepanjang 1,3 kilometer itu nantinya menghubungkan daerah Hamadi di Distrik Jayapura Selatan, yang berada di sisi barat jembatan, dan daerah Holtekamp di Distrik Muara Tami di sisi timur jembatan.

Rangka utama jembatan Holtekamp harus dikerjakan di luar Kota Jayapura, mengingat kawasan tersebut rawan gempa, salah satunya adalah bentang tengah, yang dikerjakan di PT PAL Indonesia, Surabaya.

Bangunan bentang tengah yang dikerjakan PT PAL Indonesia itu terdiri dari dua bangunan baja lengkung yang masing-masing seberat 2.000 ton, dengan panjang 120 meter, lebar 22 meter, dan tinggi 21 meter.

Menurut Basuki, selama ini Indonesia harus impor untuk mengerjakan bangunan baja lengkung seperti bentang tengah Jembatan Holtekamp tersebut.

"PT PAL bisa bikin kapal perang, dan sekarang juga bisa bikin jembatan. Maka ke depan jangan mau kalau yang mendesain jembatan untuk negeri kita sendiri adalah orang asing. Karena nyatanya kita sudah bisa mendesain dan membuat sendiri," ujarnya.

Maka dari itu, Menteri Basuki mendorong inovasi pembangunan di bidang infrastruktur jangan hanya sampai berhenti pada pembangunan Jembatan Holtekamp itu saja.

"Kalau sampai berhenti pada pembangunan Jembatan Holtekamp ini saja, ya, percuma. Kita harus konsisten menumbuhkan inovasi," tuturnya.

Menteri Basuki lebih lanjut menyatakan belum lega karena bangunan Bentang Tengah itu belum terangkai dengan konstruksi jembatan lain yang telah dibangun di Jayapura.

"Masih harus menempuh perjalanan laut sejauh 3.200 kilometer dari Surabaya ke Jayapura. Kita semua tentu belum lega sampai bangunan bentang tengah ini terpasang di Jayapura," katanya.

Diperkirakan pengiriman bentang tengah yang menggunakan kapal tongkang melalui jalur laut itu tiba di Kota Jayapura paling cepat selama 28 hari, dengan telah memperhitungkan cuaca buruk di laut.

Pembangunan Jembatan Holtekamp Jayapura dicanangkan Presiden Joko Widodo sejak tahun 2015. Pengerjaannya dipercayakan kepada konsorsium tiga kontraktor, yaitu PT Pembangunan perumahan, Hutama Karya, dan Nindya Karya, menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara senilai Rp858 miliar.

Direktur Utama PT Pembangunan Perumahan, mewakili konsorsium kontraktor, mengatakan pihaknya ditarget pemerintah menyelesaikan keseluruhan Jembatan Holtekamp Jayapura hingga bulan September 2018.

"Saya pastikan bisa selesai lebih awal sekitar dua bulan dari target yang ditentukan," ucapnya.