Sebanyak 50 ton ikan Danau Maninjau mati
3 Desember 2017 08:57 WIB
Dokumentasi - Ikan Mati Di Danau Maninjau Seorang anak mengamati ikan-ikan yang mati di Danau Maninjau, Nagari Dua Koto, Agam, Sumatera Barat, Sabtu (20/2/2016). (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/aww/16)
Lubukbasung (ANTARA News) - Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Sumatera Barat mencatat sekitar 50 ton ikan milik pembudidaya keramba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau, mati mendadak akibat angin kencang disertai curah hujan tinggi melanda daerah itu semenjak Minggu (26/11).
"Limapuluh ton ikan yang mati ini dengan berbagai ukuran mulai dari ukuran tiga sampai tujuh sentimeter," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto di Lubukbasung, Minggu.
Ikan yang mati ini berasal dari puluhan unit keramba jaring apung milik 15 pembudidaya ikan yang tersebar di Bayua, Linggai, Duo Kito, Tanjung Sani dan Koto Melintang.
Akibat kejadian ini, pembudidaya ikan mengalami kerugian sekitar Rp1,5 miliar karena harga per kilogram sebesar Rp30 ribu.
"Saat ini ikan sudah mengapung ke permukaan danau dengan keadaan sudah membusuk," tambahnya.
Menurut dia, kematian ikan ini terjadi semenjak Senin (27/11), akibat angin kencang dan curah hujan cukup tinggi melanda daerah itu semenjak Minggu (26/11).
Setelah itu, ikan mengalami pusing dan beberapa jam ikan sudah mengapung ke permukaan danau.
"Ini akibat pembalikan air dari dasar danau ke permukaan, sehingga oksigen berkurang karena di dasar danau terdapat tumpukan sisa pakan ikan cukup banyak," tegasnya.
Dengan kematian ini, pihaknya mengimbau pembudidaya agar segera memanen ikan yang sudah siap panen dan memindahkan ke kolam air tenang.
Selain itu, mengurangi pemberian pakan ikan, hidupkan mesin oksigen dan lainnya.
"Ini untuk meminimalkan kematian ikan yang dapat menambah kerugian bagi pembudidaya," ujarnya.
Sebelumya, pihaknya telah mengimbau pembudidaya untuk tidak melakukan aktifitas budidaya ikan beberapa tahun ke depan di Danau Maninjau.
Ini dalam mengurangi pencemaran danau akibat sisa pakan, karena kondisi danau vulkanik ini dalam keadaan tercemar berat.
Salah seorang pembudidaya ikan, Hendra (35) mengatakan kematian ikan ini akibat kekurangan oksigen, karena sebelum kematian angin kencang disertai curah hujan melanda daerah itu.
Satu hari setelah kejadian ini, ikan mulai pusing dan mati mendadak termasuk ikan miliknya.
"Ikan milik saya mati sekitar dua ton dengan ukuran siap panen. Agar tidak mengalami kerugian, saya sudah memanen ikan yang masih tersisa," lanjutnya.
"Limapuluh ton ikan yang mati ini dengan berbagai ukuran mulai dari ukuran tiga sampai tujuh sentimeter," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto di Lubukbasung, Minggu.
Ikan yang mati ini berasal dari puluhan unit keramba jaring apung milik 15 pembudidaya ikan yang tersebar di Bayua, Linggai, Duo Kito, Tanjung Sani dan Koto Melintang.
Akibat kejadian ini, pembudidaya ikan mengalami kerugian sekitar Rp1,5 miliar karena harga per kilogram sebesar Rp30 ribu.
"Saat ini ikan sudah mengapung ke permukaan danau dengan keadaan sudah membusuk," tambahnya.
Menurut dia, kematian ikan ini terjadi semenjak Senin (27/11), akibat angin kencang dan curah hujan cukup tinggi melanda daerah itu semenjak Minggu (26/11).
Setelah itu, ikan mengalami pusing dan beberapa jam ikan sudah mengapung ke permukaan danau.
"Ini akibat pembalikan air dari dasar danau ke permukaan, sehingga oksigen berkurang karena di dasar danau terdapat tumpukan sisa pakan ikan cukup banyak," tegasnya.
Dengan kematian ini, pihaknya mengimbau pembudidaya agar segera memanen ikan yang sudah siap panen dan memindahkan ke kolam air tenang.
Selain itu, mengurangi pemberian pakan ikan, hidupkan mesin oksigen dan lainnya.
"Ini untuk meminimalkan kematian ikan yang dapat menambah kerugian bagi pembudidaya," ujarnya.
Sebelumya, pihaknya telah mengimbau pembudidaya untuk tidak melakukan aktifitas budidaya ikan beberapa tahun ke depan di Danau Maninjau.
Ini dalam mengurangi pencemaran danau akibat sisa pakan, karena kondisi danau vulkanik ini dalam keadaan tercemar berat.
Salah seorang pembudidaya ikan, Hendra (35) mengatakan kematian ikan ini akibat kekurangan oksigen, karena sebelum kematian angin kencang disertai curah hujan melanda daerah itu.
Satu hari setelah kejadian ini, ikan mulai pusing dan mati mendadak termasuk ikan miliknya.
"Ikan milik saya mati sekitar dua ton dengan ukuran siap panen. Agar tidak mengalami kerugian, saya sudah memanen ikan yang masih tersisa," lanjutnya.
Pewarta: Agung Pambudi P
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: