Zaenal di Magelang, Kamis, mengatakan bencana yang terjadi kecil-kecil, namun harus tetap diwaspadai dan selalau siaga.
Ia mengatakan hal tersebut usai apel besar siaga bencana alam di lapangan drh Soerpardi, Kabupaten Magelang.
Ia menuturkan bencana yang terjadi berupa hujan angin yang mengakibatkan pohon tumbang dan tanah longsor. Kebanyakan melanda wilayah pegunungan Menoreh, meliputi Kecamatan Salaman dan Borobudur.
"Paling banyak terjadi di kawasan Menoreh, karena kondisi tanah cukup labil. Di bawah (tanah) batuan, sehingga mudah terjadi longsor. Tapi kami terus siaga memantau pergerakan," katanya.
Menurut dia bencana yang terjadi tidak berpengaruh pada sektor pariwisata dan sektor lainnya.
"Belum ada kenaikan status bencana. Sejauh ini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika belum memberikan rekomendasi. Bencana yang terjadi di Yogyakarta sudah berangsur baik, badai bergerak keluar Pulau Jawa. Kita berharap keluar dari bumi Indonesia," katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edi Susanto, mengatakan hujan angin dan tanah longsor mendominasi bencana akibat badai Cempaka di wilayah ini.
Angin kencang terjadi di Desa Sukorini dan Desa Keji Kecamatan Muntilan, Desa Kalijoso Kecamatan Secang dan Kelurahan Mendut Kecamatan Mungkid. Akibatnya, sejumlah pohon tumbang hingga menutup akses jalan desa. Selain itu, pohon tumbang juga menimpa sebuah mushala dan rumah warga.
Pada Rabu (29/11) sore, musibah tanah longsor terjadi di beberapa titik di lereng pegunungan Menoreh, meliputi Kecamatan Salaman, Kecamatan Borobudur dan di lereng Merapi Kecamatan Sawangan.
Menurut dia tidak ada warga yang mengungsi karena rumah-rumah yang terdampak tergolong sedang, seperti hanya mengenai dapur. Hal itu juga karena kesiapsiagaan petugas dan relawan di masing-masing daerah.