Seoul/Perserikatan Bangsa-Bangsa (ANTARA News) - Amerika Serikat (AS) memperingatkan kepemimpinan Korea Utara bahwa mereka akan "benar-benar dihancurkan" kalau perang sampai pecah setelah Pyongyang menguji tembak rudal balistik antarbenua terbaru yang bisa menjangkau daratan Amerika Serikat.

Pemerintahan Presiden Donald Trump sudah berulang kali menyatakan bahwa semua opsi disiapkan untuk menghadapi program rudal dan senjata nuklir Korea Utara, termasuk opsi militer, namun mereka lebih cenderung pada opsi diplomatik. Kendati demikian, saat berbicara dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, duta besar Amerika Serikat (AS) Nikki Haley kembali menyampaikan peringatan.

"Kami tidak pernah ingin berperang dengan Korea Utara, dan sampai hari ini kami tidak ingin melakukannya. Jika perang sampai terjadi, itu karena aksi agresi berlanjut seperti yang kita saksikan kemarin... Dan jika perang terjadi, jangan buat kesalahan, rezim Korea Utara akan benar-benar dihancurkan," katanya sebagaimana dikutip Reuters.

Haley mengatakan AS sudah meminta China memangkas pasokan minyak ke Korea Utara, langkah drastis yang dilakukan oleh Beijing, tetangga dan satu-satunya mitra dagang utama Korea Utara yang sejauh ini menahan diri untuk melakukan itu.

Sementara itu, Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping berbicara lewat telepon pada Rabu pagi.

"Baru bicara dengan Presiden Xi Jinping dari China mengenai aksi provokatif Korea Utara. Sanksi-sanksi besar tambahan akan diterapkan terhadap Korea Utara hari ini. Situasi ini akan tertangani!" tulis Trump di Twitter.

Jauh ke antariksa

Korea Utara, yang melakukan uji bom nuklir keenam dan terbesar pada September, telah menguji lusinan rudal balistik di bawah kepemimpinan Kim Jong-un, mengabaikan sanksi-sanksi internasional terhadap mereka. Pyongyang menyatakan program senjatanya diperlukan untuk mempertahankan diri dari rencana invasi Amerika Serikat.

Amerika Serikat, yang punya 28.500 tentara di Korea Selatan sebagai warisan Perang Korea 1950-53, membantah memiliki niatan semacam itu.

Duta besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menyeru Korea Utara untuk menghentikan pengujian senjatanya dan meminta Amerika Serikat dan Korea Selatan tidak menggelar latihan militer rutin pada Desember karena itu akan "mengobarkan situasi yang sudah eksplosif."

Korea Utara menyatakan rudal barunya membubung hingga ketinggian sekitar 4.475 kilometer, lebih dari 10 kali tinggi Stasiun Antariksa Internasional, dan terbang 950 kilometer dalam penerbangan yang berlangsung 53 menit.