KONI Malang minta "keadilan" pemberitaan cabang olahraga
29 November 2017 20:11 WIB
Dokumentasi--Pesepak bola Arema FC Cristian Gonzales (kiri) berusaha merebut bola dari pesepak bola Gresik United, Sasa Zecevic (kanan) dalam pertandingan Liga I GoJek-Traveloka di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Rabu (25/10/2017). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Malang (ANTARA News) - Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Malang minta "keadilan" atas pemberitaan cabang-cabang olahraga karena cabang olahraga bukan hanya sepak bola yang mendapatkan porsi sangat besar dari media.
"KONI Kota malang memiliki lebih dari 40 cabang olahraga dan banyak yang berprestasi nasional hingga internasional. Cabang-cabang olahraga tersebut banyak yang mengangkat prestasi daerah maupun nasional di kancah internasional, namun porsi pemberitaannya sangat minim," kata Wakil Ketua KONI Kota Malang Husnud N Juraid ketika memberikan sambutan pada Seminar "Kode Etik Peliputan Olahraga" yang digelar SIWO PWI Malang di Malang, Jawa Timur, Rabu.
Selama ini, katanya, yang mendapatkan porsi cukup besar adalah cabang olahraga sepak bola dan bukan hanya Arema. "Prestasi sepak bola di Malang tidak begitu cemerlang, tapi kenapa Arema begitu spesial, padahal banyak cabang olahraga lainnya yang cukup bagus dan berprestasi," ucapnya.
Husnun mencontohkan cabang olahraga balap sepeda dan angkat berat yang prestasinya mendunia. Pada SEA Games lalu atlet dari Kota Malang mempersembahkan dua medali emas bagi Indonesia dan 12 medali emas untuk Jatim di ajang PON yang digelar di Bandung belum lama ini.
Akan tetapi, porsi pemberitaan (publikasi) terkait atlet dan cabang olahraga berprestasi sangat minim. Oleh karena itu, KONI mengimbau adanya pemerataan dan keadilan dalam porsi pemberitaan cabang-cabang olahraga lainnya, selain sepak bola dan Arema.
Menyinggung penulisan berita dalam kegiatan olahraga bagi wartawan, ujarnya, dibutuhkan pelatihan dan itu sangat penting, sebab mampu memberikan pemahaman kepada para wartawan dalam menulis berita olahraga. "Olahraga itu memiliki ciri khas tersendiri, karena yang ditulis wartawan harus mampu menggali yang terbaik dalam menyajikan berita," katanya.
Menurut dia, dalam menulis berita tidak boleh memasukkan opini, tetapi untuk berita olaharag itu menjadi wajar. Akan tetapi, tidak boleh menghakimi dan sesuai fakta. Artinya, wartawan olahraga harus memiliki analisis yang tajam.
"Sebab, dalam berita sepak bola khususnya, analisis sebelum pertandingan paling sering dibaca daripada usai laga, ini hanya bisa dilakukan oleh wartawan olahraga," ujarnya.
Selain diikuti puluhan wartawan, seminar Kode Etik Peliputan Olahraga tersebut juga diikuti belasan mahasiswa Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) IKIP Budi Utomo Malang.
"KONI Kota malang memiliki lebih dari 40 cabang olahraga dan banyak yang berprestasi nasional hingga internasional. Cabang-cabang olahraga tersebut banyak yang mengangkat prestasi daerah maupun nasional di kancah internasional, namun porsi pemberitaannya sangat minim," kata Wakil Ketua KONI Kota Malang Husnud N Juraid ketika memberikan sambutan pada Seminar "Kode Etik Peliputan Olahraga" yang digelar SIWO PWI Malang di Malang, Jawa Timur, Rabu.
Selama ini, katanya, yang mendapatkan porsi cukup besar adalah cabang olahraga sepak bola dan bukan hanya Arema. "Prestasi sepak bola di Malang tidak begitu cemerlang, tapi kenapa Arema begitu spesial, padahal banyak cabang olahraga lainnya yang cukup bagus dan berprestasi," ucapnya.
Husnun mencontohkan cabang olahraga balap sepeda dan angkat berat yang prestasinya mendunia. Pada SEA Games lalu atlet dari Kota Malang mempersembahkan dua medali emas bagi Indonesia dan 12 medali emas untuk Jatim di ajang PON yang digelar di Bandung belum lama ini.
Akan tetapi, porsi pemberitaan (publikasi) terkait atlet dan cabang olahraga berprestasi sangat minim. Oleh karena itu, KONI mengimbau adanya pemerataan dan keadilan dalam porsi pemberitaan cabang-cabang olahraga lainnya, selain sepak bola dan Arema.
Menyinggung penulisan berita dalam kegiatan olahraga bagi wartawan, ujarnya, dibutuhkan pelatihan dan itu sangat penting, sebab mampu memberikan pemahaman kepada para wartawan dalam menulis berita olahraga. "Olahraga itu memiliki ciri khas tersendiri, karena yang ditulis wartawan harus mampu menggali yang terbaik dalam menyajikan berita," katanya.
Menurut dia, dalam menulis berita tidak boleh memasukkan opini, tetapi untuk berita olaharag itu menjadi wajar. Akan tetapi, tidak boleh menghakimi dan sesuai fakta. Artinya, wartawan olahraga harus memiliki analisis yang tajam.
"Sebab, dalam berita sepak bola khususnya, analisis sebelum pertandingan paling sering dibaca daripada usai laga, ini hanya bisa dilakukan oleh wartawan olahraga," ujarnya.
Selain diikuti puluhan wartawan, seminar Kode Etik Peliputan Olahraga tersebut juga diikuti belasan mahasiswa Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) IKIP Budi Utomo Malang.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017
Tags: