Indonesia-Denmark jajaki kerja sama energi terbarukan
29 November 2017 12:49 WIB
Ilustrasi instalasi catu daya listrik tenaga surya sebagai alternatif sumber energi terbarukan dari PT Pertamina. (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Denmark menjajaki kerja sama di bidang energi baru terbarukan, terutama dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga angin (PLTB).
Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara pihak PT PLN, Badan Energi Denmark, dan Kedutaan Besar Denmark di Jakarta, yang disaksikan langsung Perdana Menteri Denmark, Lars Lakke Rasmussen, serta Menteri ESDM, Ignasius Jonan, di Jakarta, Rabu.
"Selama 40 tahun terakhir Denmark sudah menjalani transisi sebagai negara yang 100 persen bergantung pada energi fosil, menjadi salah satu pemimpin dunia dalam hal energi terbarukan dan efisiensi energi," tutur Rasmussen.
Dengan membawa serta delegasi bisnis Denmark, Rasmussen berharap kerja sama antarpelaku usaha kedua negara dapat terjalin melalui pertukaran pengalaman dan keahlian, bahkan investasi pembangunan PLTB di Indonesia menyusul kesepakatannya dengan Presiden Joko Widodo dalam pengembangan sektor energi baru terbarukan.
"Kerja sama antarpemerintah mengindikasikan bahwa Indonesia berpotensi menambah proporsi energi terbarukan ke dalam sistem, dan Denmark sangat ingin membantu upaya tersebut," ujar dia.
Inisiatif tersebut direspons positif Jonan yang menyatakan pemerintah Indonesia telah menetapkan target 23 persen bauran energi baru terbarukan pada 2025.
Jonan mengakui, untuk mencapai target bukan pekerjaan gampang mengingat saat ini penyediaan listrik dari energi baru terbarukan kurang dari 15 persen.
"Karena itu saya berharap pertemuan-pertemuan bisnis seperti ini bisa langsung mendiskusikan proposal yang nyata, simpel, dan dapat diimplementasikan," kata dia.
Jonan mengatakan ada empat aspek penting dalam pengembangan PLTB yakni kapasitas, lokasi, teknik yang digunakan, serta mitra lokal yang ingin diajak bekerja sama.
Menurut dia, Indonesia bisa belajar banyak dari Denmark yang memiliki proporsi PLTB terbesar dunia mencapai lebih dari 40 persen. Pada 2014 tercatat PLTB di Denmark mampu mencukupi 39 persen konsumsi listrik penduduknya.
Sementara Indonesia, Jonan melanjutkan, baru mulai mengembangkan sumber energi alternatif ini dengan membangun tiga PLTB yang berada di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan.
"Saya mendapat data dari Dubes Denmark (Rasmus) Kristensen bahwa tarif listrik yang dihasilkan dari PLTB di Denmark itu kurang dari 4 sen per kWh. Ini adalah fakta yang tidak mudah dipercaya orang, bahkan di departemen saya. Karena itu saya selalu meyakinkan mereka bahwa suatu saat energi terbarukan akan lebih murah daripada energi fosil," tutur Jonan.
Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara pihak PT PLN, Badan Energi Denmark, dan Kedutaan Besar Denmark di Jakarta, yang disaksikan langsung Perdana Menteri Denmark, Lars Lakke Rasmussen, serta Menteri ESDM, Ignasius Jonan, di Jakarta, Rabu.
"Selama 40 tahun terakhir Denmark sudah menjalani transisi sebagai negara yang 100 persen bergantung pada energi fosil, menjadi salah satu pemimpin dunia dalam hal energi terbarukan dan efisiensi energi," tutur Rasmussen.
Dengan membawa serta delegasi bisnis Denmark, Rasmussen berharap kerja sama antarpelaku usaha kedua negara dapat terjalin melalui pertukaran pengalaman dan keahlian, bahkan investasi pembangunan PLTB di Indonesia menyusul kesepakatannya dengan Presiden Joko Widodo dalam pengembangan sektor energi baru terbarukan.
"Kerja sama antarpemerintah mengindikasikan bahwa Indonesia berpotensi menambah proporsi energi terbarukan ke dalam sistem, dan Denmark sangat ingin membantu upaya tersebut," ujar dia.
Inisiatif tersebut direspons positif Jonan yang menyatakan pemerintah Indonesia telah menetapkan target 23 persen bauran energi baru terbarukan pada 2025.
Jonan mengakui, untuk mencapai target bukan pekerjaan gampang mengingat saat ini penyediaan listrik dari energi baru terbarukan kurang dari 15 persen.
"Karena itu saya berharap pertemuan-pertemuan bisnis seperti ini bisa langsung mendiskusikan proposal yang nyata, simpel, dan dapat diimplementasikan," kata dia.
Jonan mengatakan ada empat aspek penting dalam pengembangan PLTB yakni kapasitas, lokasi, teknik yang digunakan, serta mitra lokal yang ingin diajak bekerja sama.
Menurut dia, Indonesia bisa belajar banyak dari Denmark yang memiliki proporsi PLTB terbesar dunia mencapai lebih dari 40 persen. Pada 2014 tercatat PLTB di Denmark mampu mencukupi 39 persen konsumsi listrik penduduknya.
Sementara Indonesia, Jonan melanjutkan, baru mulai mengembangkan sumber energi alternatif ini dengan membangun tiga PLTB yang berada di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan.
"Saya mendapat data dari Dubes Denmark (Rasmus) Kristensen bahwa tarif listrik yang dihasilkan dari PLTB di Denmark itu kurang dari 4 sen per kWh. Ini adalah fakta yang tidak mudah dipercaya orang, bahkan di departemen saya. Karena itu saya selalu meyakinkan mereka bahwa suatu saat energi terbarukan akan lebih murah daripada energi fosil," tutur Jonan.
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: