Direktur Operasi LPPNPI, Wisnu Darjono, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Rabu, mengatakan, penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai diperpanjang mulai pukul 02:16 WITA Rabu-07:00 WITA Kamis (30/11).
"Rapat dengan pemangku kepentingan penerbangan didukung data dari Darwin Volcanic Ash Advisory Center (DVAAC) memutuskan untuk memperpanjang penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai karena area ruang udaranya masih tertutup debu vulkanik. Sebaran debu vulkanik masih tetap mengarah ke arah selatan, menyebar dengan kecepatan 15 knots pada ketinggian dari permukaan sampai dengan ketinggian penerbangan 20.000 kaki," katanya.
Dia menjelaskan sedikitnya tujuh rute domestik dan 10 rute internasional air traffic service (ATS) rute terdampak abu vulkanik. Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai memiliki karakteristik layanan cukup khas di Indonesia, karena banyak rute penerbangan internasional jarak jauh, kedua setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
"Bandara Banyuwangi untuk saat ini berada di luar area yang terdampak debu vulkanik dengan jarak 21 nautical miles kondisi masih normal operasi. Begitu pula dengan Bandara Internasional Lombok Praya yang berjarak 26 mil laut dari area terdampak abu vulkanik, kondisi masih beroperasi normal," katanya.
Dia menegaskan, personel navigasi penerbangan terus bersiaga penuh untuk dapat meminimalisir dampak dari aktivitas Gunung Agung terhadap konektivitas di ruang udara Indonesia.
Darjono mengatakan, sejak September lalu telah menyiapkan 10 bandara alternatif untuk mengantisipasi aktivitas Gunung Agung, antara lain Jakarta, Makassar, Surabaya, Lombok, Balikpapan, Solo, Ambon, Manado, Kupang, dan Banyuwangi.
"Pemanduan lalu lintas penerbangan dilakukan sesuai SOP yang berlaku dan menghindari area terdampak debu vulkanik sesuai dengan rencana kontigensi yang telah kami susun. Kami akan terus mengoptimalkan sumber daya manusia, peralatan navigasi penerbangan dan prosedur yang kami miliki untuk dapat meminimalisir dampaknya terhadap penerbangan di ruang udara Indonesia," katanya.