Bandara Ngurah Rai stop operasi hingga Kamis
29 November 2017 06:19 WIB
Sejumlah calon penumpang mencari informasi saat penutupan Bandara Ngurah Rai, Bali, Selasa (28/11/2017). Sebanyak 433 maskapai penerbangan dan 59.539 calon penumpang batal berangkat melalui Bandara Ngurah Rai karena dampak abu vulkanik Gunung Agung dan terpaksa dialihkan ke sejumlah bandara terdekat seperti Banyuwangi dan Surabaya. (ANTARA /Wira Suryantala)
Denpasar (ANTARA News) - PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, menyatakan penutupan operasional penerbangan setempat dilanjutkan hingga Kamis (30/11) pukul 07.00 WITA karena sebaran abu Gunung Agung masih menutupi wilayah udara bandara.
"Kami evaluasi atas perkembangan situasi penyebaran abu gunung dan arah angin setiap enam jam," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Arie Ahsanurrohim, Rabu.
Menurut Arie, perpanjangan penutupan operasional bandara selama 24 jam telah melalui rapat evaluasi membahas dampak erupsi Gunung Agung yang melibatkan seluruh pemangku kebijakan atau otoritas berwenang di bandara setempat.
Rapat tersebut digelar setiap pukul 01.00 WITA untuk mengevaluasi operasional bandara berdasarkan laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), BMKG, Vulcanic Ash Advisory Center (VAAC) di Darwin Australia, laporan pilot dan hasil pengujian di bandara.
Arie menjelaskan berdasarkan pengamatan meteorologi dari VAAC, semburan abu gunung telah mencapai sekitar 25 ribu kaki bergerak ke arah selatan-barat daya dengan kecepatan 15 knots dan masih mengarah ke Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Prakiraan arah angin, lanjut Arie, dari BMKG pada ketinggian atau level mencapai sekitar 3.000 meter arah barat laut-timur, ketinggian 5000 meter barat laut-timur laut dan ketinggian 24.000 utara-timur laut.
"Dari laporan pilot pada ketinggian 2.000 hingga 4.000 kaki masih ditemui adanya abu di ruang udara dengan arah angin ke barat daya," ucapnya.
Meski hasil "paper test" atau pengujian sebaran abu gunung di bandara masih nihil, namun Arie mengatakan dengan pertimbangan ruang udara di sekitar bandara masih tertutup oleh sebaran abu maka bandara ditutup.
Pihak berwenang telah menerbitkan surat peringatan penutupan bandara kepada pelaku penerbangan dan pilot di seluruh dunia atau "notice to airman" (notam) dengan nomor A-4298/17.
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai ditutup sejak Senin (27/11) ketika erupsi signifikan gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu.
Ratusan penerbangan baik domestik dan internasional batal berangkat akibat penutupan bandara tersebut.
Pihak bandara bersama instansi terkait telah menyiapkan semua kebutuhan calon penumpang di antaranya pengembalian uang tiket, pengalihan rute hingga pengalihan jalur darat menuju bandara terdekat.
Sebelumnya Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso pada rapat koordinasi di Emeegency Operation Center Bandara Ngurah Rai, Minggu (24/9) mengatakan abu gunung meletus berbahaya bagi penerbangan karena dapat melumpuhkan sistem operasi pesawat udara.
Dampak abu gunung meletus terhadap penerbangan pernah dialami maskapai Inggris, British Airway pada 24 Juni 1982 saat terbang melintas di dekat Jakarta.
Saat itu pesawat Boeing 747 itu tengah terbang dari London menuju Selandia Baru dan terdampak abu Gunung Galunggung di Jawa Barat yang ketika itu tengah meletus.
Kru pesawat akhirnya dapat melakukan pendaratan darurat di Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta meski keempat mesin pesawat berbaban besar itu mati mendadak karena abu erupsi gunung.
"Kami evaluasi atas perkembangan situasi penyebaran abu gunung dan arah angin setiap enam jam," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Arie Ahsanurrohim, Rabu.
Menurut Arie, perpanjangan penutupan operasional bandara selama 24 jam telah melalui rapat evaluasi membahas dampak erupsi Gunung Agung yang melibatkan seluruh pemangku kebijakan atau otoritas berwenang di bandara setempat.
Rapat tersebut digelar setiap pukul 01.00 WITA untuk mengevaluasi operasional bandara berdasarkan laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), BMKG, Vulcanic Ash Advisory Center (VAAC) di Darwin Australia, laporan pilot dan hasil pengujian di bandara.
Arie menjelaskan berdasarkan pengamatan meteorologi dari VAAC, semburan abu gunung telah mencapai sekitar 25 ribu kaki bergerak ke arah selatan-barat daya dengan kecepatan 15 knots dan masih mengarah ke Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Prakiraan arah angin, lanjut Arie, dari BMKG pada ketinggian atau level mencapai sekitar 3.000 meter arah barat laut-timur, ketinggian 5000 meter barat laut-timur laut dan ketinggian 24.000 utara-timur laut.
"Dari laporan pilot pada ketinggian 2.000 hingga 4.000 kaki masih ditemui adanya abu di ruang udara dengan arah angin ke barat daya," ucapnya.
Meski hasil "paper test" atau pengujian sebaran abu gunung di bandara masih nihil, namun Arie mengatakan dengan pertimbangan ruang udara di sekitar bandara masih tertutup oleh sebaran abu maka bandara ditutup.
Pihak berwenang telah menerbitkan surat peringatan penutupan bandara kepada pelaku penerbangan dan pilot di seluruh dunia atau "notice to airman" (notam) dengan nomor A-4298/17.
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai ditutup sejak Senin (27/11) ketika erupsi signifikan gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu.
Ratusan penerbangan baik domestik dan internasional batal berangkat akibat penutupan bandara tersebut.
Pihak bandara bersama instansi terkait telah menyiapkan semua kebutuhan calon penumpang di antaranya pengembalian uang tiket, pengalihan rute hingga pengalihan jalur darat menuju bandara terdekat.
Sebelumnya Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso pada rapat koordinasi di Emeegency Operation Center Bandara Ngurah Rai, Minggu (24/9) mengatakan abu gunung meletus berbahaya bagi penerbangan karena dapat melumpuhkan sistem operasi pesawat udara.
Dampak abu gunung meletus terhadap penerbangan pernah dialami maskapai Inggris, British Airway pada 24 Juni 1982 saat terbang melintas di dekat Jakarta.
Saat itu pesawat Boeing 747 itu tengah terbang dari London menuju Selandia Baru dan terdampak abu Gunung Galunggung di Jawa Barat yang ketika itu tengah meletus.
Kru pesawat akhirnya dapat melakukan pendaratan darurat di Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta meski keempat mesin pesawat berbaban besar itu mati mendadak karena abu erupsi gunung.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: