Mensos tinjau korban puting beliung Sidoarjo
28 November 2017 19:16 WIB
Arsip: Sejumlah warga berada di antara bangunan rumah terdampak angin puting beliung di desa Terung, Krian, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (16/2/2017). (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)
Sidoarjo (ANTARA News) - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meninjau korban bencana alam puting beliung yang ada di Desa Tambak Rejo, Tambak Sawah dan Tambak Sumur, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
"Pada dasarnya sudah dilakukan oleh BMKG untuk memberikan informasi terkait dengan titik tertentu seperti angin `Cempaka` yang harus diantisipasi wilayah Jawa bagian tengah, mitigasi bencana sudah dilakukan supaya informasi terdistribusikan dan terhindar dari kemungkinan yang tidak diinginkan," katanya di sela mengunjungi korban bencana putung beliung di Tambak Rejo, Sidoarjo, Selasa.
Ia mengemukakan, saat ada beberapa perubahan seperti daerah yang dulunya tidak terdeteksi banjir, sekarang malah terjadi banjir.
"Kalau di sini (Tambak Rejo) puting beliung, tetapi yang paling banyak adalah banjir bandang dan longsor, kalau longsor bisa terdeteksi dengan adanya retakan tanah," tuturnya.
Sedangkan banjir, lanjut dia, bisa terdeteksi dengan adanya curah hujan tinggi dan daya tahan aliran air yang tidak mampu dibendung sehingga menerjang rumah pinggir sungai.
"Ada kaitan dengan daya dukung alam, titik mulai turun penyempitan dan pendangkalan banyak titik karena intensitas hujan tinggi sungai tidak menampung," ujarnya.
Ia mengatakan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan terdapat 323 kabupaten kota rawan terhadap bencana alam dan sudah masuk dalam kategori risiko tinggi.
"Kementerian sosial bulan lalu sudah melakukan satu koordinasi melalui apel Tagana (taruna siaga bencana) di Tomohon untuk petakan potensi dimiliki kemensos," katanya.
Saat ini, kata dia, terdapat anggota tagana 33 ribu dan 5.300 tagana psiko sosial serta sahabat tagana sebanyak 56 ribu yang terdiri dari orari jurnalis, artis pramuka, serta ormas pemuda.
"Saat ini, cadangan kebutuhan pokok beras yang bisa digunakan adalah sebanyak 278 ribu ton, empat hari lalu masih sebanyak 269 ribu ton," ujarnya.
"Pada dasarnya sudah dilakukan oleh BMKG untuk memberikan informasi terkait dengan titik tertentu seperti angin `Cempaka` yang harus diantisipasi wilayah Jawa bagian tengah, mitigasi bencana sudah dilakukan supaya informasi terdistribusikan dan terhindar dari kemungkinan yang tidak diinginkan," katanya di sela mengunjungi korban bencana putung beliung di Tambak Rejo, Sidoarjo, Selasa.
Ia mengemukakan, saat ada beberapa perubahan seperti daerah yang dulunya tidak terdeteksi banjir, sekarang malah terjadi banjir.
"Kalau di sini (Tambak Rejo) puting beliung, tetapi yang paling banyak adalah banjir bandang dan longsor, kalau longsor bisa terdeteksi dengan adanya retakan tanah," tuturnya.
Sedangkan banjir, lanjut dia, bisa terdeteksi dengan adanya curah hujan tinggi dan daya tahan aliran air yang tidak mampu dibendung sehingga menerjang rumah pinggir sungai.
"Ada kaitan dengan daya dukung alam, titik mulai turun penyempitan dan pendangkalan banyak titik karena intensitas hujan tinggi sungai tidak menampung," ujarnya.
Ia mengatakan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan terdapat 323 kabupaten kota rawan terhadap bencana alam dan sudah masuk dalam kategori risiko tinggi.
"Kementerian sosial bulan lalu sudah melakukan satu koordinasi melalui apel Tagana (taruna siaga bencana) di Tomohon untuk petakan potensi dimiliki kemensos," katanya.
Saat ini, kata dia, terdapat anggota tagana 33 ribu dan 5.300 tagana psiko sosial serta sahabat tagana sebanyak 56 ribu yang terdiri dari orari jurnalis, artis pramuka, serta ormas pemuda.
"Saat ini, cadangan kebutuhan pokok beras yang bisa digunakan adalah sebanyak 278 ribu ton, empat hari lalu masih sebanyak 269 ribu ton," ujarnya.
Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: