Harga minyak AS tetap di dekat tingkat tertinggi
27 November 2017 09:26 WIB
Arsip Foto. Petugas mengecek tangki timbun di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina di Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (14/10/2017). (ANTARA/Puspa Perwitasari)
Singapura (ANTARA News) - Harga minyak Amerika Serikat tetap berada di dekat tingkat tertinggi dua tahun pada Senin pagi, ditopang penutupan jalur pipa Keystone yang menghubungkan Kanada dan Amerika Serikat (AS) dan ekspektasi mengenai perpanjangan pemotongan pasokan minyak OPEC.
Dalam kontrak berjangka, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pada pukul 00.30 GMT berada di posisi 58,91 dolar AS per barel, empat sen di bawah harga penutupan terakhir mereka, namun masih mendekati level tertinggi dua tahun di 59,05 dolar AS yang dicapai pada Jumat (24/11).
Sementara patokan global, minyak mentah Brent North Sea, harganya 63,84 dolar AS per barel, hampir tidak berubah dari penutupan terakhir mereka.
Penutupan jalur pipa Keystone dengan kapasitas 590.000 barel per hari setelah terjadi tumpahan minyak telah membantu mendorong harga minyak mentah AS, karena mengurangi persediaan.
"Harga WTI ... terus didukung oleh penutupan jalur pipa Keystone," kata bank Prancis BNP Paribas.
"WTI saat ini diperdagangkan sangat mendekati 59 dolar AS per barel. Ini merupakan kenaikan 38 persen dalam harga sejak pertengahan Juni, dan menjadikan minyak salah satu aset berkinerja terbaik selama periode tersebut," kata William O`Loughlin, analis Rivkin Securities.
Pasar juga telah mengetat secara global karena upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan kelompok produsen lainnya, termasuk Rusia, untuk menahan produksi 1,8 juta barel per hari sejak Januari.
Kesepakatan tersebut akan berakhir pada Maret 2018, namun OPEC akan bertemu pada 30 November untuk membahas kebijakannya.
"Dengan pertemuan OPEC yang terjadi minggu ini, para pedagang minyak mengharapkan perpanjangan pemotongan produksi," kata O`Loughlin sebagaimana dikutip Reuters.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan pada Jumat (24/11) bahwa Rusia akan membahas rincian perpanjangan pada 30 November, namun tidak menyebutkan berapa lama hal ini akan melampaui batas akhir Maret.
Ketidakpastian tentang bagaimana komitmen Rusia terhadap pengurangan yang terus berlanjut, dan juga meningkatnya produksi di Amerika Serikat, berarti harga minyak mentah dicegah naik lebih jauh, kata para pedagang.
"Ada banyak ruang untuk kekecewaan ... Jika hasil dari pertemuan OPEC berikutnya tidak sesuai ekspektasi, posisi spekulatif net-long yang besar pada minyak berjangka dapat terbuka, menurunkan harga dan volatilitas lebih tinggi," BNP Paribas memperingatkan.
Di Amerika Serikat, produksi minyak mentah telah meningkat sebesar 15 persen sejak pertengahan 2016 menjadi 9,66 juta barel per hari, dan peningkatan aktivitas pengeboran untuk produksi baru diperkirakan akan terus berlanjut.
Perusahaan energi AS pekan lalu menambahkan rig minyak, dengan jumlah rig bulanan meningkat untuk pertama kalinya sejak Juli, menjadi 747 rig aktif, karena produsen tertarik dengan meningkatnya harga minyak mentah. (UU.A026)
Dalam kontrak berjangka, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pada pukul 00.30 GMT berada di posisi 58,91 dolar AS per barel, empat sen di bawah harga penutupan terakhir mereka, namun masih mendekati level tertinggi dua tahun di 59,05 dolar AS yang dicapai pada Jumat (24/11).
Sementara patokan global, minyak mentah Brent North Sea, harganya 63,84 dolar AS per barel, hampir tidak berubah dari penutupan terakhir mereka.
Penutupan jalur pipa Keystone dengan kapasitas 590.000 barel per hari setelah terjadi tumpahan minyak telah membantu mendorong harga minyak mentah AS, karena mengurangi persediaan.
"Harga WTI ... terus didukung oleh penutupan jalur pipa Keystone," kata bank Prancis BNP Paribas.
"WTI saat ini diperdagangkan sangat mendekati 59 dolar AS per barel. Ini merupakan kenaikan 38 persen dalam harga sejak pertengahan Juni, dan menjadikan minyak salah satu aset berkinerja terbaik selama periode tersebut," kata William O`Loughlin, analis Rivkin Securities.
Pasar juga telah mengetat secara global karena upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan kelompok produsen lainnya, termasuk Rusia, untuk menahan produksi 1,8 juta barel per hari sejak Januari.
Kesepakatan tersebut akan berakhir pada Maret 2018, namun OPEC akan bertemu pada 30 November untuk membahas kebijakannya.
"Dengan pertemuan OPEC yang terjadi minggu ini, para pedagang minyak mengharapkan perpanjangan pemotongan produksi," kata O`Loughlin sebagaimana dikutip Reuters.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan pada Jumat (24/11) bahwa Rusia akan membahas rincian perpanjangan pada 30 November, namun tidak menyebutkan berapa lama hal ini akan melampaui batas akhir Maret.
Ketidakpastian tentang bagaimana komitmen Rusia terhadap pengurangan yang terus berlanjut, dan juga meningkatnya produksi di Amerika Serikat, berarti harga minyak mentah dicegah naik lebih jauh, kata para pedagang.
"Ada banyak ruang untuk kekecewaan ... Jika hasil dari pertemuan OPEC berikutnya tidak sesuai ekspektasi, posisi spekulatif net-long yang besar pada minyak berjangka dapat terbuka, menurunkan harga dan volatilitas lebih tinggi," BNP Paribas memperingatkan.
Di Amerika Serikat, produksi minyak mentah telah meningkat sebesar 15 persen sejak pertengahan 2016 menjadi 9,66 juta barel per hari, dan peningkatan aktivitas pengeboran untuk produksi baru diperkirakan akan terus berlanjut.
Perusahaan energi AS pekan lalu menambahkan rig minyak, dengan jumlah rig bulanan meningkat untuk pertama kalinya sejak Juli, menjadi 747 rig aktif, karena produsen tertarik dengan meningkatnya harga minyak mentah. (UU.A026)
Pewarta: Antara
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: