Gunung Agung semburkan abu vulkanik 1.500 meter
25 November 2017 17:56 WIB
Arsip: Gunung Agung tertutup awan terlihat dari pinggiran Pantai Ampenan, Mataram, NTB, Selasa (21/11/2017). Gunung Agung yang berada di Kabupaten Karangasem, Bali, meletus pada Selasa (21/11/2017) pukul 17.05 WITA yang ditandai dengan menyeburnya asap kelabu tebal dengan tekanan sedang hingga tinggi maksimum 700 meter, dan abu letusan bertiup ke arah Timur-Tenggara. (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)
Denpasar (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, menyemburkan abu vulkanik pada letusan freatik kedua hingga ketinggian sekitar 1.500 meter di atas puncak kawah.
"Ini erupsi freatik yang mengandung material abu tetapi kami masih harus menganalisis komposisi abunya," kata Kepala PVMBG Kasbani dikonfirmasi dari Denpasar, Sabtu.
PVMBG merekam letusan freatik tersebut terjadi sekitar pukul 17.30 Wita dengan mengeluarkan material vulkanik di antaranya abu berwarna kelabu dan hitam dengan intensitas yang tebal.
Pihaknya dapat mengamati secara visual semburan abu tersebut dari tiga stasiun seismik yakni di Desa Dukuh dan Desa Culik dan Batulompeh ke arah barat-barat daya dengan tekanan sedang.
PVMBG mencatat arah semburan abu vulkanik tersebut sesuai dengan arah angin yang bertiup lemah ke arah barat.
Kasbani meminta masyarakat di sekitar Gunung Agung untuk tetap tenang dan tidak panik dengan letusan freatik kedua itu.
PVMBG meminta masyatakat untuk tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yakni dalam radius enam kilometer dan ditambah perluasan sektoral ke arah utara-timurlaut dan tenggara-selatan-baratdaya sejauh 7,5 kilometer.
Sebelumnya gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu pertama kali menyemburkan abu vulkanik pada letusan freatik pada Selasa (21/11) sekitar pukul 17.05 Wita.
Letusan dengan tipe "freatik" itu terjadi karena adanya uap air bertekanan tinggi yang terbentuk seiring dengan pemanasan air bawah tanah atau air hujan yang meresap ke tanah di dalam kawah kemudian kontak langsung dengan magma.
Letusan freatik biasanya disertai dengan asap, abu dan material yang ada di dalam kawah.
"Ini erupsi freatik yang mengandung material abu tetapi kami masih harus menganalisis komposisi abunya," kata Kepala PVMBG Kasbani dikonfirmasi dari Denpasar, Sabtu.
PVMBG merekam letusan freatik tersebut terjadi sekitar pukul 17.30 Wita dengan mengeluarkan material vulkanik di antaranya abu berwarna kelabu dan hitam dengan intensitas yang tebal.
Pihaknya dapat mengamati secara visual semburan abu tersebut dari tiga stasiun seismik yakni di Desa Dukuh dan Desa Culik dan Batulompeh ke arah barat-barat daya dengan tekanan sedang.
PVMBG mencatat arah semburan abu vulkanik tersebut sesuai dengan arah angin yang bertiup lemah ke arah barat.
Kasbani meminta masyarakat di sekitar Gunung Agung untuk tetap tenang dan tidak panik dengan letusan freatik kedua itu.
PVMBG meminta masyatakat untuk tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yakni dalam radius enam kilometer dan ditambah perluasan sektoral ke arah utara-timurlaut dan tenggara-selatan-baratdaya sejauh 7,5 kilometer.
Sebelumnya gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu pertama kali menyemburkan abu vulkanik pada letusan freatik pada Selasa (21/11) sekitar pukul 17.05 Wita.
Letusan dengan tipe "freatik" itu terjadi karena adanya uap air bertekanan tinggi yang terbentuk seiring dengan pemanasan air bawah tanah atau air hujan yang meresap ke tanah di dalam kawah kemudian kontak langsung dengan magma.
Letusan freatik biasanya disertai dengan asap, abu dan material yang ada di dalam kawah.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: