PBB: syarat pemulangan Rohingya ke Myanmar belum terpenuhi
25 November 2017 12:21 WIB
Arsip Foto. Sejumlah pengungsi Rohingya antre untuk mendapatkan paket makanan dari relawan Indonesia di Kamp Pengungsian Kutupalong, Cox Bazar, Bangladesh, Minggu (1/10/2017). (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Jenewa, Swiss (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan syarat-syarat untuk memulangkan pengungsi Rohingya dengan aman menuju Myanmar dari Bangladesh belum terpenuhi pada Jumat (24/11), sehari setelah kedua negara mengumumkan rencana pemulangan mereka dalam dua bulan.
"UNHCR belum melihat rincian kesepakatan itu," kata badan pengungsian PBB (UNHCR) dalam satu pernyataan, merujuk kepada kesepakatan yang ditandatangani pada Kamis antara Myanmar dan Bangladesh, tempat sekitar 620.000 pengungsi Rohingya tinggal dalam keadaan sengsara.
"Saat ini, kondisi di Negara Bagian Rakhine Myanmar belum memungkinkan untuk memulangkan para pengungsi secara aman dan berkelanjutan" menurut pernyataan UNHCR yang dikutip kantor berita AFP.
"Pengungsi masih melarikan diri, dan banyak di antara mereka menderita akibat aksi kekerasan, pemerkosaan, dan gangguan psikologi."
"Sangat penting bahwa pemulangan tidak dilakukan secara cepat atau sebelum waktunya."
Myanmar menghadapi kecaman internasional karena kekerasan yang dilakukan terhadap komunitas minoritas muslimnya sejak aksi penindakan militer dimulai pada Agustus di negara bagian Rakhine, tempat tinggal bagi ratusan ribu warga Rohingya.
Sementara negara miskin dan padat penduduk Bangladesh mendapat pujian karena menerima aliran pengungsi, namun membatasi pergerakan mereka karena menyatakan tidak menginginkan mereka menetap.
Dhaka menyatakan kesepakatan dengan pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi akan menyaksikan pemulangan mereka kembali ke Rakhine dimulai dalam dua bulan.
UNHCR menggarisbawahi semua pemulangan harus dilakukan berdasarkan "persetujuan pengungsi". (kn)
"UNHCR belum melihat rincian kesepakatan itu," kata badan pengungsian PBB (UNHCR) dalam satu pernyataan, merujuk kepada kesepakatan yang ditandatangani pada Kamis antara Myanmar dan Bangladesh, tempat sekitar 620.000 pengungsi Rohingya tinggal dalam keadaan sengsara.
"Saat ini, kondisi di Negara Bagian Rakhine Myanmar belum memungkinkan untuk memulangkan para pengungsi secara aman dan berkelanjutan" menurut pernyataan UNHCR yang dikutip kantor berita AFP.
"Pengungsi masih melarikan diri, dan banyak di antara mereka menderita akibat aksi kekerasan, pemerkosaan, dan gangguan psikologi."
"Sangat penting bahwa pemulangan tidak dilakukan secara cepat atau sebelum waktunya."
Myanmar menghadapi kecaman internasional karena kekerasan yang dilakukan terhadap komunitas minoritas muslimnya sejak aksi penindakan militer dimulai pada Agustus di negara bagian Rakhine, tempat tinggal bagi ratusan ribu warga Rohingya.
Sementara negara miskin dan padat penduduk Bangladesh mendapat pujian karena menerima aliran pengungsi, namun membatasi pergerakan mereka karena menyatakan tidak menginginkan mereka menetap.
Dhaka menyatakan kesepakatan dengan pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi akan menyaksikan pemulangan mereka kembali ke Rakhine dimulai dalam dua bulan.
UNHCR menggarisbawahi semua pemulangan harus dilakukan berdasarkan "persetujuan pengungsi". (kn)
Pewarta: Antara
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: