Jakarta (ANTARA News) - Otoritas Jasa Keuangan mengatakan penyaluran kredit perbankan cukup menggeliat selama Oktober 2017 dengan pertumbuhan 8,18 persen (year on year/yoy), atau meningkat dari September 2017 yang hanya 7,8 persen (yoy).

"Pertumbuhan kredit disumbang hampir semua sektor, tapi masih lebih banyak karena peran kredit infrastruktur," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis.

Heru mengatakan di dua bulan terakhir 2017, pertumbuhan kredit akan jauh lebih meningkat. Bahkan menurutnya, pertumbuhan kredit masih bisa mencapai dua digit atau 10 persen (yoy), salah satunya karena realisasi kredit infrastruktur.

"Kemarin kan September 2017 masih pesimistis, ternyata di Oktober 2017 melonjak dari 7 persen ke 8,18 persen. Siapa tau nanti di data November mendekati 10 persen," ujar dia.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK Slamet Edy Purnomo menambahkan industri perbankan akan gencar menyalurkan kredit di sisa tahun untuk memenuhi target mereka sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB).

Maka itu, perbankan juga akan berusaha memangkas rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) dari posisi saat ini di sekitar 2,9 persen. Di akhir tahun, Slamet meyakini, NPL secara gross akan berada di 2,5 persen.

"Desember 2017 mereka akan kejar kinerja soalnya demi paparan pencapaian. Target RBB harus tercapai. Mereka akan lanjutkan konsolidasi," ujarnya.

OJK menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai 10 persen. Sementara Bank Indonesia sudah menurunkan perkiraan pertumbuhan kreditnya menjadi 8 persen, karena perbankan yang masih konsolidasi dan permintaan yang masih lesu.

Pada 2016, pertumbuhan kredit perbankan hanya 7,8 persen.