Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak menguat senilai delapan poin menjadi Rp13.521 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.529 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu mengatakan, nilai dolar AS cenderung terdepresiasi terhadap beberapa mata uang di kawasan Asia di tengah antisipasi investor terhadap risalah rapat kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) untuk menunggu dan melihat (wait and see).
Hal itu, menurut dia, guna mencari petunjuk mengenai kebijakan moneter dari bank sentral di AS (The Federal Reserve/The Fed).
"Investor bersikap wait and see sampai terbukanya petunjuk kebijakan moneter The Fed," katanya.
Ia mengemukakan bahwa Ketua Federal Reserve Janet Yellen dalam pidatonya sempat mengisyaratkan ketidakyakinannya atas inflasi AS mencapai target, namun ia yakin akan "rebound dalam satu hingga dua tahun lagi".
"Situasi itu yang memicu pelaku pasar uang menahan transaksinya ke dalam aset berdenominasi dolar AS sehingga menahan laju mata uang itu," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa apresiasi rupiah terhadap dolar AS relatif masih terbatas seiring dengan data ekonomi yang baru di dalam negeri cenderung minim.
"Di tengah minimnya sentimen dari dalam negeri, fokus pasar cenderung ke eksternal yang sentimennya juga cenderung bervariasi," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (22/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.523 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.544 per dolar AS.
Rupiah menguat ke Rp13.521
22 November 2017 17:49 WIB
Dokumen foto petugas bank menghitung uang pecahan rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017
Tags: