Menkeu nyatakan bank perlu punya visi teknologi
22 November 2017 13:57 WIB
Menkeu Sri Mulyani mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (7/9/2017). (ANTARA/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan institusi keuangan terutama perbankan perlu memiliki visi dan strategi menghadapi berbagai macam disrupsi yang sedang terjadi, utamanya bidang teknologi.
"Perbankan diharapkan mampu memiliki visi menghadapi berbagai macam disrupsi, terutama mengenai disrupsi teknologi," kata Sri Mulyani dalam seminar nasional "Political Economy Outlook 2018" di Jakarta, Rabu.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu meyakini bahwa banyak pelaku di industri perbankan familiar dengan perkembangan di bidang teknologi. Namun, respons perusahaan terhadap disrupsi teknologi yang terjadi dinilai masih belum memadai.
Ia mengatakan masih ada jarak atau "gap" antara pemahaman mengenai tren yang sedang berlangsung dan pengambilan keputusan di perusahaan.
"Kami berharap institusi keuangan mampu memahami disrupsi dan juga bisa meresponsnya," kata dia.
Ia mengatakan, fenomena disrupsi yang dimunculkan akibat perkembangan teknologi saat ini tengah menjadi fokus pembicaraan para menteri keuangan dan pemimpin bank sentral di berbagai negara.
"Lembaga keuangan harus mampu melihat tren adanya pergeseran yang tercipta akibat perkembangan teknologi tersebut. Apakah bank akan terus menjadi institusi eksklusif sebagai intermediator. Itu sampai pada masalah eksistensialisme pada bank," ucap dia.
Selain itu, fenomena perkembangan di bidang teknologi juga memunculkan risiko turunannya yang menyangkut isu keamanan siber.
"Proteksi terhadap data dan uang sangat riil sekarang. Ini fenomena yang saya harapkan akan banyak didiskusikan," ucap Sri Mulyani.
"Perbankan diharapkan mampu memiliki visi menghadapi berbagai macam disrupsi, terutama mengenai disrupsi teknologi," kata Sri Mulyani dalam seminar nasional "Political Economy Outlook 2018" di Jakarta, Rabu.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu meyakini bahwa banyak pelaku di industri perbankan familiar dengan perkembangan di bidang teknologi. Namun, respons perusahaan terhadap disrupsi teknologi yang terjadi dinilai masih belum memadai.
Ia mengatakan masih ada jarak atau "gap" antara pemahaman mengenai tren yang sedang berlangsung dan pengambilan keputusan di perusahaan.
"Kami berharap institusi keuangan mampu memahami disrupsi dan juga bisa meresponsnya," kata dia.
Ia mengatakan, fenomena disrupsi yang dimunculkan akibat perkembangan teknologi saat ini tengah menjadi fokus pembicaraan para menteri keuangan dan pemimpin bank sentral di berbagai negara.
"Lembaga keuangan harus mampu melihat tren adanya pergeseran yang tercipta akibat perkembangan teknologi tersebut. Apakah bank akan terus menjadi institusi eksklusif sebagai intermediator. Itu sampai pada masalah eksistensialisme pada bank," ucap dia.
Selain itu, fenomena perkembangan di bidang teknologi juga memunculkan risiko turunannya yang menyangkut isu keamanan siber.
"Proteksi terhadap data dan uang sangat riil sekarang. Ini fenomena yang saya harapkan akan banyak didiskusikan," ucap Sri Mulyani.
Pewarta: Roberto Calvinantya Basuki
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: