Industri batik serap 600.000 tenaga kerja
20 November 2017 21:01 WIB
Arsip: Kemeja Batik Raksasa Sejumlah warga melihat kemeja batik raksasa saat acara Pekan Batik Pekalongan 2017 di Kawasan Budaya Jetayu, Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (4/10/2017). Sebanyak tujuh baju batik raksasa setinggi lima meter dan lebar tiga meter yang dipamerkan tersebut merupakan kreasi batik cap, tulis, dan kombinasi, yang dilombakan saat Pekan Batik Pekalongan 2017. (ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)
Jakarta (ANTARA News) - Industri batik menyerap sekitar 600.000 tenaga kerja yang sebagian besar merupakan kaum perempuan, demikian disampaikan Direktur Dharma Pusaka.
"Sementara pelaku usaha batik ini sendiri di Indonesia mencapai 56.000," ujar Direktur Dharma Pusaka, Singgih Handoyo, di Jakarta, Senin.
Jumlah itu terus meningkat seiring perkembangan industri batik yang semakin baik, banyak orang yang mulai bangga menggunakan batik sebagai busana sehari-hari.
Oleh karena itu, batik tak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga mampu mengerakkan ekonomi kreatif.
"Oleh karena itu, kami menggerakkan bisnis usaha batik untuk menggerakkan ekonomi dan pelestarian budaya," kata dia.
Pihaknya sendiri bekerja sama dengan perajin batik di daerah Pekalongan, Sragen dan terus dikembangkan dengan perajin batik di wilayah lain.
Saat ini Dharma Pusaka menghadirkan batik premium, yaitu batik tulis berbahan sutera dan sutera prada. Selain itu, juga menyediakan batik tulis dengan motif kiasik berbahan sutera, sehingga tampilan kain batik tersebut menjadi lebih bersinar dan tampak mewah.
"Biasanya batik tulis hanya pada bahan katun, kami mencoba dengan kain sutera," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf, mengatakan pelaku usaha jangan hanya menjual produknya tetapi juga mendidik masyarakat.
"Seperti kopi rencengan yang sering diminum, itu kopinya hanya sedikit, lebih banyak gula dan pewarna. Jadi masyarakat juga harus tahu mana batik tulis maupun batik cap," harap Triawan.***4***
(T.I025/A011)
"Sementara pelaku usaha batik ini sendiri di Indonesia mencapai 56.000," ujar Direktur Dharma Pusaka, Singgih Handoyo, di Jakarta, Senin.
Jumlah itu terus meningkat seiring perkembangan industri batik yang semakin baik, banyak orang yang mulai bangga menggunakan batik sebagai busana sehari-hari.
Oleh karena itu, batik tak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga mampu mengerakkan ekonomi kreatif.
"Oleh karena itu, kami menggerakkan bisnis usaha batik untuk menggerakkan ekonomi dan pelestarian budaya," kata dia.
Pihaknya sendiri bekerja sama dengan perajin batik di daerah Pekalongan, Sragen dan terus dikembangkan dengan perajin batik di wilayah lain.
Saat ini Dharma Pusaka menghadirkan batik premium, yaitu batik tulis berbahan sutera dan sutera prada. Selain itu, juga menyediakan batik tulis dengan motif kiasik berbahan sutera, sehingga tampilan kain batik tersebut menjadi lebih bersinar dan tampak mewah.
"Biasanya batik tulis hanya pada bahan katun, kami mencoba dengan kain sutera," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf, mengatakan pelaku usaha jangan hanya menjual produknya tetapi juga mendidik masyarakat.
"Seperti kopi rencengan yang sering diminum, itu kopinya hanya sedikit, lebih banyak gula dan pewarna. Jadi masyarakat juga harus tahu mana batik tulis maupun batik cap," harap Triawan.***4***
(T.I025/A011)
Pewarta: Indriani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: