Psikolog: anak alami obesitas bisa depresi
20 November 2017 19:52 WIB
Arsip: Anak Obesitas Dirawat Di RSUD Yunita Mulidia (16), anak dengan 'Severe Obesity' atau Kegemukan yang amat sangat, dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (13/9/2016). Yunita Mulidia, yang berasal dari Kecamatan Tulangan, Sidoarjo tersebut, mendapat perawatan selama beberapa waktu untuk memeriksa kesehatan serta melakukan proses penurunan berat badannya yang mencapai 110 Kg. (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)
Jakarta (ANTARA News) - Anak yang mengalami obesitas bisa menjadi depresi akibat banyaknya tekanan yang ia dapatkan di lingkungan rumah maupun sekolah, kata psikolog Aurora Lumbantoruan.
"Anak yang obesitas cenderung mengalami krisis percaya diri. Biasanya dia paling terakhir dipilih dalam kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas fisik," kata Aurora di Jakarta, Senin.
Aurora yang juga merupakan pendiri KEARA Konsultan Psikologi mengatakan kondisi seperti itu membuat anak dengan kegemukan makin sulit bergaul.
Dia menerangkan anak dengan obesitas merasa dirinya tidak diterima atau bahkan ditolak. "Mereka juga sering mendapat label atau panggilan terkait kondisi tubuhnya yang gemuk," kata Aurora.
Obesitas pada anak semakin menambah tekanan pada remaja putri karena citra masyarakat secara umum memandang perempuan cantik dengan bentuk tubuh yang langsing. Berbeda halnya dengan pandangan pada anak laki-laki yang tidak menuntut hal yang sama pada remaja putri.
Selain itu, lanjut Aurora, anak obesitas cenderung disalahkan atas kegemukannya yang bisa menempatkan dirinya dalam risiko depresi. "Dia jadi makin menarik diri dan kesepian, merasa tidak berdaya, dan tidak tahu lagi harus bagaimana," kata Aurora.
Menurut Aurora, anak dengan obesitas perlu dukungan dari lingkungan keluarga dan teman-temannya karena memiliki masalah yang kompleks.
Orang tua dinilai turut andil dalam kegemukan pada anak dikarenakan salah satu yang membentuk pola makan anak.
Sebaiknya orang tua tidak terlalu sering memberikan makanan manis pada anak dan tidak selalu memberikan hadiah berupa makanan atas apa yang telah berhasil dilakukan oleh anak.
Kebiasaan makan keluarga dan lingkungan keluarga yang membuat anak jarang bergerak juga menyumbang salah satu faktor kegemukan pada anak.
"Orang tua perlu memperbaiki pola makan keluarga, dorong anak beraktivitas fisik, dan berikan `reward` bukan berupa makanan tetapi bisa berupa kegiatan yang menyenangkan bersama keluarga," kata Aurora.
(T.A071/H005)
"Anak yang obesitas cenderung mengalami krisis percaya diri. Biasanya dia paling terakhir dipilih dalam kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas fisik," kata Aurora di Jakarta, Senin.
Aurora yang juga merupakan pendiri KEARA Konsultan Psikologi mengatakan kondisi seperti itu membuat anak dengan kegemukan makin sulit bergaul.
Dia menerangkan anak dengan obesitas merasa dirinya tidak diterima atau bahkan ditolak. "Mereka juga sering mendapat label atau panggilan terkait kondisi tubuhnya yang gemuk," kata Aurora.
Obesitas pada anak semakin menambah tekanan pada remaja putri karena citra masyarakat secara umum memandang perempuan cantik dengan bentuk tubuh yang langsing. Berbeda halnya dengan pandangan pada anak laki-laki yang tidak menuntut hal yang sama pada remaja putri.
Selain itu, lanjut Aurora, anak obesitas cenderung disalahkan atas kegemukannya yang bisa menempatkan dirinya dalam risiko depresi. "Dia jadi makin menarik diri dan kesepian, merasa tidak berdaya, dan tidak tahu lagi harus bagaimana," kata Aurora.
Menurut Aurora, anak dengan obesitas perlu dukungan dari lingkungan keluarga dan teman-temannya karena memiliki masalah yang kompleks.
Orang tua dinilai turut andil dalam kegemukan pada anak dikarenakan salah satu yang membentuk pola makan anak.
Sebaiknya orang tua tidak terlalu sering memberikan makanan manis pada anak dan tidak selalu memberikan hadiah berupa makanan atas apa yang telah berhasil dilakukan oleh anak.
Kebiasaan makan keluarga dan lingkungan keluarga yang membuat anak jarang bergerak juga menyumbang salah satu faktor kegemukan pada anak.
"Orang tua perlu memperbaiki pola makan keluarga, dorong anak beraktivitas fisik, dan berikan `reward` bukan berupa makanan tetapi bisa berupa kegiatan yang menyenangkan bersama keluarga," kata Aurora.
(T.A071/H005)
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: