Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan PT. Garam bekerjasama membangun pabrik garam industri di kawasan lahan pergaraman terintegrasi di Bipoli, Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Deputri Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Enyati Listiani mengatakan saat Indonesia masih mengimpor garam industri, sehingga dengan dibangunnya pabrik itu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan garam industri Indonesia.

"Konsep pembangunan proyek percontohan tersebut untuk mengelola sumber daya air laut secara terintegrasi dan satu kawasan, sehingga nantinya tdapat diperoleh berbagai komoditas produk antara lain garam industri, trace mineral, produk budidaya perikanan dan artemia," kata dia di BPPT, Jakarta, Senin.

Jika proyek ini berhasil maka diharap dapat diterapkan pada sentra penggaraman lainnya sehingga industri garam nasional mampu meningkatkan nilai tambahnya secara keseluruhan dan sekaligus membuktikan bahwa garam kulaitas industri dapat diproduksi di dalam negeri.

Kesepakatan bersama antara BPPT dengan PT Garam ini dimaksudkan sebagai payung hukum untuk kerja sama dalam pengembangan lahan pegaraman terintegrasi di kawasan lahan pegaraman di Kupang Nusa Tenggara

Kegiatan ini dimulai pada akhir 2017, dan pada 2018 akan dibangun proyek percontohan pabrik refinery garam untuk menghasilkan garam kualitas industri yang akan dikerjakan bersama-sama antara BBPT dan PT Garam.

Dipilihnya NTT menjadi pilot project karena daerah tersebut berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan lahan pergaraman modern antara lain di Teluk Kupang, Sabu Raijua, Negekeo, Ende dan Waingapu.

BPPT memperkirakan NTT memiliki lahan potensial sebesar 15 ribu hekatare, dengan pembangunan lahan pergaraman secara meodern maka potensi produksi garam industri dari NTT diperkirakan mencapai 1,5 juta tin per tahun.

Saat ini Indonesia masih harus mengimpor garam industri terutama dari Australia sebanyak 1,8 ton per tahun.