Luhut Pandjaitan lepas 768 peserta ENJ Sail Sabang 2017
20 November 2017 14:59 WIB
KRI Dewaruci (kiri) menyambut kedatangan KRI Bima Suci (kanan) saat memasuki perairan Teluk Jakarta di Jakarta, Kamis (16/11/2017). KRI Bima Suci secara resmi diterima oleh Pemerintah Indonesia setelah melakukan pelayaran dari Spanyol menuju tanah air selama kurang lebih dua bulan. (ANTARA /Ade P Marboen)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Pandjaitan, melepas 768 peserta Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 yang akan ikut meramaikan Sail Sabang yang digelar 28 November - 5 Desember mendatang.
Ratusan pelajar tingkat SMA, perguruan tinggi dan taruna TNI AL dan sekolah kelautan itu bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin, dengan empat armada, yakni KRI Dewaruci, KRI Bima Suci, KRI Banda Aceh dan KRI dr. Soeharso selama 28 hari.
Luhut saat menyampaikan amanat dalam upacara pelepasan peserta menjelaskan kegiatan Sail Sabang bukanlah pelayaran biasa melainkan kegiatan yang dilakukan untuk mendorong percepatan pembangunan di kawasan tersebut, baik infrastruktur maupun ekonomi terutama dari kegiatan pariwisata.
"Pemerintah ingin Indonesia dibangun dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 'Manisnya' buah pembangunan tidak boleh lagi hanya dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di Jawa namun harus pula dibagi adil dengan masyarakat di seluruh Indonesia," katanya.
Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar dengan potensi ekonomi maritim yang mencapai 1,33 triliun dolar AS per tahun, dia mengatakan Indonesia pastinya memiliki banyak potensi wisata maritim yang amat potensial.
"Keindahan khas tropis yang memukau, kekayaan budaya, dan beragamnya aset bahari di negara kita jika dikelola dengan baik pasti akan memberikan efek positif yang sangat luar biasa besarnya," katanya.
Sektor pariwisata telah memberikan kontribusi penghasil devisa nomor dua di Indonesia setelah minyak sakit dan diperkirakan akan menjadi penghasil devisa teratas pada tahun 2019.
"Oleh karenanya, pemerintah terus bergerak memperkenalkan keindahan dan kekayaan maritim Indonesia di mata dunia. Salah satunya adalah dengan acara Sail Indonesia yang tahun ini diselenggarakan di Sabang, Provinsi Aceh," ungkapnya.
Mantan Menko Polhukam itu mengaku pelaksanaan "sail" kali ini cukup unik karena kehadiran dua kapal layar tiang tinggi, yakni KRI Dewaruci dan KRI Bima Suci.
Pelayaran ke Sabang juga menjadi perjalanan terakhir yang menjadi puncak purna tugas bagi KRI Dewaruci yang telah mengemban misi pelatihan dan budaya bagi negara selama 64 tahun.
"Dalam pelayaran terakhirnya ini, KRI Dewaruci akan membawa 68 pelajar SMA yang berprestasi dari 34 provinsi melalui program Ekspedisi Nusantara Jaya yang dikoordinasikan oleh Kemenko Bidang Kemaritiman. Selanjutnya, misi KRI Dewaruci akan diteruskan oleh KRI Bima Suci yang sebelumnya telah berlayar dari Spanyol pada September yang lalu," kata Pandjaitan.
Ia mengingatkan pemuda-pemudi yang berangkat dalam ekspedisi itu untuk memupuk kesatuan dan persatuan bangsa baik dalam kegiatan pelayaran maupun seterusnya.
"Kita tidak boleh mengkhianati `founding father` kita bahwa Indonesia adalah negara yang bersatu dalam perbedaannya. Jaga negerimu sepulang dari pelayaranmu. Lakukan hal-hal positif, jangan ikut larut dalam kegiatan yang tidak bermanfaat, seperti terlibat dalam narkoba, tawuran atau turut serta menyebarkan berita bohong, atau hoax sehingga menimbulkan permusuhan di masyarakat," ujarnya.
Ratusan pelajar tingkat SMA, perguruan tinggi dan taruna TNI AL dan sekolah kelautan itu bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin, dengan empat armada, yakni KRI Dewaruci, KRI Bima Suci, KRI Banda Aceh dan KRI dr. Soeharso selama 28 hari.
Luhut saat menyampaikan amanat dalam upacara pelepasan peserta menjelaskan kegiatan Sail Sabang bukanlah pelayaran biasa melainkan kegiatan yang dilakukan untuk mendorong percepatan pembangunan di kawasan tersebut, baik infrastruktur maupun ekonomi terutama dari kegiatan pariwisata.
"Pemerintah ingin Indonesia dibangun dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 'Manisnya' buah pembangunan tidak boleh lagi hanya dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di Jawa namun harus pula dibagi adil dengan masyarakat di seluruh Indonesia," katanya.
Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar dengan potensi ekonomi maritim yang mencapai 1,33 triliun dolar AS per tahun, dia mengatakan Indonesia pastinya memiliki banyak potensi wisata maritim yang amat potensial.
"Keindahan khas tropis yang memukau, kekayaan budaya, dan beragamnya aset bahari di negara kita jika dikelola dengan baik pasti akan memberikan efek positif yang sangat luar biasa besarnya," katanya.
Sektor pariwisata telah memberikan kontribusi penghasil devisa nomor dua di Indonesia setelah minyak sakit dan diperkirakan akan menjadi penghasil devisa teratas pada tahun 2019.
"Oleh karenanya, pemerintah terus bergerak memperkenalkan keindahan dan kekayaan maritim Indonesia di mata dunia. Salah satunya adalah dengan acara Sail Indonesia yang tahun ini diselenggarakan di Sabang, Provinsi Aceh," ungkapnya.
Mantan Menko Polhukam itu mengaku pelaksanaan "sail" kali ini cukup unik karena kehadiran dua kapal layar tiang tinggi, yakni KRI Dewaruci dan KRI Bima Suci.
Pelayaran ke Sabang juga menjadi perjalanan terakhir yang menjadi puncak purna tugas bagi KRI Dewaruci yang telah mengemban misi pelatihan dan budaya bagi negara selama 64 tahun.
"Dalam pelayaran terakhirnya ini, KRI Dewaruci akan membawa 68 pelajar SMA yang berprestasi dari 34 provinsi melalui program Ekspedisi Nusantara Jaya yang dikoordinasikan oleh Kemenko Bidang Kemaritiman. Selanjutnya, misi KRI Dewaruci akan diteruskan oleh KRI Bima Suci yang sebelumnya telah berlayar dari Spanyol pada September yang lalu," kata Pandjaitan.
Ia mengingatkan pemuda-pemudi yang berangkat dalam ekspedisi itu untuk memupuk kesatuan dan persatuan bangsa baik dalam kegiatan pelayaran maupun seterusnya.
"Kita tidak boleh mengkhianati `founding father` kita bahwa Indonesia adalah negara yang bersatu dalam perbedaannya. Jaga negerimu sepulang dari pelayaranmu. Lakukan hal-hal positif, jangan ikut larut dalam kegiatan yang tidak bermanfaat, seperti terlibat dalam narkoba, tawuran atau turut serta menyebarkan berita bohong, atau hoax sehingga menimbulkan permusuhan di masyarakat," ujarnya.
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: