Juwono: Diperlukan Strategi Aman Lawan Kekerasan Ekstrimisme
16 Juni 2007 06:12 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Dunia memerlukan adanya strategi yang aman dalam melawan kekerasan ekstremisme yaitu dengan memenuhi kebutuhan dasar untuk para populasi global, kata Menteri Pertahanan (Menhan), Juwono Sudarsono.
"Saya tidak setuju dengan konsep perang global melawan terorisme yang dicanangkan Presiden AS George W Bush tetapi yang lebih dibutuhkan adalah strategi yang aman dalam melawan kekerasan ekstrimisme," katanya ketika memberikan kuliah umum di Pusat Dialog dan Kerja sama antar Peradaban (CDCC) Jakarta, Jumat malam.
Menurut mantan Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Masyarakat (Lemhannas) itu, yang dibutuhkan adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi semua penduduk dunia khususnya mereka yang tidak bisa hidup dengan layak.
Ia menuturkan, dalam pengakuan Imam Samudra yang tertulis dalam bukunya juga dinyatakan bahwa orang-orang tidak dapat membayangkan mengenai makna kemiskinan ekstrim yang diderita dirinya dan keluarganya.
Juwono memaparkan, sekitar separuh dari penduduk Indonesia tidak bisa hidup secara layak karena tidak memiliki akses kepada banyak hal antara lain air bersih, perumahan, dan pendidikan.
Oleh karena Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Islam terbesar di dunia, menurut dia, maka adalah tantangan bagi berbagai organisasi keislaman seperti Nadhlatul Ulama dan Muhammadiyah serta partai politik berasaskan Islam untuk dapat menangani masalah tersebut.
Begitu pula di dalam tataran global, ujar Juwono, di mana terjadi ketimpangan ekonomi yang amat besar sehingga perlu adanya dialog khususnya antara negara maju yang tergabung dalam G-8 dengan negara berkembang yang tergabung dalam D-8.
Mengenai benturan antarperadaban, dia mengaku bahwa hal tersebut juga terjadi di dalam sebuah peradaban itu sendiri.
"Misalnya di Eropa juga terjadi benturan dalam permasalahan perjanjian perdagangan. Begitu pula dengan persaingan nilai-nilai yang terjadi antara Iran, Arab, dan Turki dalam peradaban Islam," demikian Juwono Sudarsono. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007
Tags: