Malang (ANTARA News) - Meski sampai saat ini masih terjadi perdebatan serta pro dan kontra dikalangan masyarakat, pemerintah tetap kukuh akan mengembangkan energi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Menristek, Prof Dr Kusmayanto Kadiman, Jumat, menegaskan pemerintah telah menargetkan realisasi pengoperasian secara komersial skala besar (1.000 Mega Watt) energi alternatif PLTN itu mulai tahun 2016. "Setiap program dan inovasi baru pasti terjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Bahkan yang kontra selalu menampilkan hal-hal negatifnya, seperti perusakan lingkungan," katanya usai menjadi pembicara dalam Seminar "Implementasi Teknologi Informasi Berbasis Open Source Software" di Pesma Al-Hikam Malang. Oleh karena itu, lanjutnya, pihaknya terus melakukan sosialisasi secara tuntas hingga tahun 2008 mendatang, agar masyarakat mendapatkan informasi yang lengkap, baik yang menimbulkan efek negatif maupun positifnya. Ia mengakui, sebelumnya memang sudah dikembangkan PLTN di tiga daerah, namun masih dalam skala kecil, yakni di Bandung, Yogyakarta dan Serpong. Untuk pengembangan skala besar, saat ini pemerintah masih mencari lokasi yang strategis, baik dari sisi kebumiannya, ekologi maupun ekonominya dan sebisa mungkin menghindari wilayah selatan Jawa dan Sumatera. Hasil kajian yang dilakukan oleh tim, lanjutnya, lokasi PLTN tersebut mengarah ke Jawa Tengah, tepatnya di Jepara, karena struktur dan kriteria yang ditetapkan terpenuhi, dan secara teknis serta geologis dinilai aman. Menurut dia, energi alternatif untuk menyeimbangkan keberadaan sumber energi lainnya seperti mintak, gas dan batu bara adalah nuklir, karena dinilai paling kecil kontribusinya terhadap efek global rumah kaca, sebab emisinya sangat kecil. Jika dibandingkan dengan energi lain seperti minyak, gas dan batu bara, investasi awalnya memang lebih mahal yakni sekitar 1 juta dolar AS per 1 mega watt untuk energi minyak, gas dan batu bara dan 1,15-125 juta dolar AS. "Tetapi jika ditinjau dari segi pembiayaan lebih murah, yakni 4 sen dollar AS per kwh untuk energi batu bara, gas dan minyak, sedangkan energi nuklir berkisar antara 3,6 sen dollar AS sampai 3,8 sen dollar AS per kwh," ungkapnya.(*)