Malang (ANTARA News) - PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) Persero menargetkan pada tahun 2018 bisa membukukan pendapatan sebesar Rp7,6 triliun, tumbuh 15-20 persen dibanding pendapatan 2017 yang diproyeksikan sebesar Rp6,4 triliun.

"Pertumbuhan kinerja keuangan PPA didorong meningkatnya performa anak usaha terutama di sektor investasi, jasa `advisory, dan jasa pembiayaan," kata GM Investasi PPA, Boedi Djatmiko, di Malang, Jawa Timur, Jumat.

Pada saat yang bersamaan, PPA juga berharap laba bersih pada 2018 mencapai Rp364,8 miliar, naik dari prognosa laba bersih tahun 2017 sebesar Rp304 miliar.

Menurut Boedi, sebesar 65 persen laba bersih konsolidasi merupakan kontribusi dari PT Nindya Karya (Persero) anak usaha PPA, selebihnya atau 35 persen dari induk usaha dan anak usaha lainnya yaitu PPA Finance dan PPA Kapital.

PPA merupakan pemegang 99 persen saham Nindya Karya, sejak perusahaan konstruksi ini masuk dalam program restrukturisasi PPA tahun 2012.

"Sejak kami tangani, Nindya Karya otomatis menjadi anak usaha PPA. Saat ini restrukturisasinya sudah hampir selesai," ujarnya.

Pendapatan dari Nindya Karya berasal dari berbagai proyek yang dikerjakan saat ini, salah satunya pembangunan proyek jalan layang Kuningan. Selain itu, Nindya Karya juga memiliki anak usaha yaitu Nindya Beton sehingga konsolidasi di sektor kontruksi terus dilakukan bersama BUMN lain yang berada di bawah naungan PPA.

"Nindya Karya ini punya Nindya Beton. Artinya setiap ada pekerjaan kontruksi kami berdayakan, didukung pembiayaan dan hasilnya semakin maksimal," ujarnya.

PPA memiliki empat lini bisnis yaitu investasi, restrukturisasi dan revitalisasi, advisory serta sektor pembiayaan.

Di sektor restrukturisasi dan revitalisasi PPA masih memanfaatkan dana eksisting dari Penyertaan Modal Negara yang tersisa Rp500 miliar.

Sementara itu, General Manager Business Advisory & Asset Management PPA, Dikdik Permadi, mengatakan fokus PPA saat ini masih pada penugasan dari pemerintah untuk melakukan restrukturisasi dan revitalisasi pada sejumlah BUMN.

Hingga 30 September 2017, PPA telah memberikan bantuan pendanaan berupa dana talangan dalam rangka restrukturisasi dan revitalisasi kepada delapan BUMN dengan total Rp1,939 triliun.

Delapan BUMN tersebut yaitu PT Dirgantara Indonesia dengan oustanding pinjaman Rp605 miliar, PT Merpati Nusantara Airlines Rp604,2 miliar, PT PAL Indonesia Rp225 miliar, PT Kertas Kraft Aceh Rp277 miliar, PT Industri Gelas Rp122.8 miliar, PT Industri Kapal Indonesia Rp32,1 miliar, PT Kertas Leces Rp50 miliar serta PT Survai Udara Penas Rp22,5 miliar.?

Sedangkan di sektor jasa penasihat keuangan, PPA telah mendampingi 16 perusahaan BUMN di antaranya PT Krakatau Steel, PT Pertamina maupun PT PANN. Adapun di sektor investasi PT PPA melakukan kegiatan investasi dalam menunjang bisnis inti lainnya yang berada di PPA.

(T.R017/I007)