Industri siap serap lulusan pendidikan vokasi
16 November 2017 20:14 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Direktur Utama PT Gudang Garam Tbk Istata T Siddartha menjadi narasumber pada Dialog Nasional ke-5 Sukses Indonesiaku yang dipandu oleh Didi Kempot di Gedung Sasana Kridha Surya Kencana PT Gudang Garam Tbk, Kediri.
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri siap menyerap para lulusan program pendidikan vokasi, karena program vokasi didesain secara khusus untuk membekali para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) agar ketika lulus nanti bisa langsung bekerja di industri.
"Dengan sistem vokasi yang ada sekarang, lulusan SMK bisa cepat bekerja. Apalagi, jenjang karirnya juga menjanjikan," kata Airlangga melalui keterangan resmi diterima di Jakarta, Kamis.
Airlangga menyampaikan hal itu pada acara Dialog Nasional Ke-5 Sukses Indonesiaku di PT Gudang Garam Tbk., Kediri, Jawa Timur.
Airlangga juga mengungkapkan, banyak yang memiliki latar belakang pendidikan SMK telah menduduki jabatan tinggi di beberapa perusahaan besar.
“Contohnya di Gudang Garam, Coca-Cola, Krakatau Steel, dan Daihatsu. Direkturnya itu ada yang dari pendidikan SMK," ungkapnya.
Tidak hanya menjadi karyawan di perusahaan, Kementerian Perindustrian juga siap membentuk lulusan SMK menjadi wirausaha.
"Lulus SMK mau kerja atau mau jadi pengusaha bisa disiapkan. Kami sudah siapkan timnya," imbuhnya.
Menperin menyampaikan, Jawa Timur merupakan salah satu kontributor terbesar pada perekonomian nasional dari kinerja industrinya.
“Kontribusi ekonominya 32 persen, kedua setelah Jawa Barat yang 42 persen. Makanya, program vokasi link and match antara SMK dengan industri, pertama diluncurkan untuk Jawa Timur. Daerah ini dipilih sebagai percontohan karena memiliki beragam industri,” paparnya.
Lebih lanjut, beberapa kota industri lainnya, seperti di Kudus, Cilegon, Gresik, Sidoarjo, dan Bekasi, juga didorong agar industri meningkatkan penyerapan dari lulusan SMK atau pendidikan vokasi.
“Kami telah mendorong industri masuk ke kawasan industri dan membina SMK-SMK di sekitarnya,” kata Airlangga.
Direktur PT Gudang Garam Tbk Istata Taswin Siddharta mengatakan, di perusahaannya banyak menyerap lulusan SMK. Bahkan, pihaknya telah membina SMK sekitar dalam program pelatihan.
"Ada beberapa tempat yang bisa kami berikan kepada lulusan SMK. Kami juga fokus melakukan pelatihan yang bekerja sama dengan lima SMK dengan kurikulum yang cocok," ujarnya.
Pada acara Dialog Nasional, Menperin mendapat beberapa pertanyaan kritis dari para siswa SMK yang hadir, misalnya bagaimana dunia usaha atau industri bisa memberi ruang kepada siswa SMK dan mengusulkan penyediaan tenaga ahli sebagai guru di sekolah mereka.
Airlangga menjawab, industri sudah membuka diri untuk kegiatan magang atau praktik kerja lapangan bagi pelajar SMK.
“Kemarin saya kunjungan di Klaten, Jawa Tengah melihat di sana anak-anak langsung praktik kerja memakai dengan mesin yang sesungguhnya. Model ini yang akan kami dorong," jelasnya.
Terkait tenaga ahli, Kemenperin memiliki program silver expert. Maksudnya, para profesional yang sudah pensiun diberikan pendidikan dan pelatihan sehingga bisa menjadi tenaga pengajar.
"Jadi, mereka bisa mengajar ke SMK-SMK,” kata Menperin.
Sementara itu, Intan, siswi SMKN3 Kota Kediri, menyampaikan tentang kurikulum pendidikan yang diterapkan di sekolahnya lebih banyak pendidikan normatif ketimbang produktif. Pertanyaan Intan ini dinilai bagus, oleh Menperin.
"Sekarang ini sedang disinkronisasi kurikulumnya, sebanyak 70 persen produktif dan 30 persen normatif. Selain itu, kami juga mitrakan industri dengan sekolah yang belum punya teaching factory. Supaya adik-adik bisa praktik ke industri, seperti di SMKN3 Kota Kediri, jurusan tata boga ini bisa disinergikan dengan industri makanan dan minuman," jawab Airlangga.
"Dengan sistem vokasi yang ada sekarang, lulusan SMK bisa cepat bekerja. Apalagi, jenjang karirnya juga menjanjikan," kata Airlangga melalui keterangan resmi diterima di Jakarta, Kamis.
Airlangga menyampaikan hal itu pada acara Dialog Nasional Ke-5 Sukses Indonesiaku di PT Gudang Garam Tbk., Kediri, Jawa Timur.
Airlangga juga mengungkapkan, banyak yang memiliki latar belakang pendidikan SMK telah menduduki jabatan tinggi di beberapa perusahaan besar.
“Contohnya di Gudang Garam, Coca-Cola, Krakatau Steel, dan Daihatsu. Direkturnya itu ada yang dari pendidikan SMK," ungkapnya.
Tidak hanya menjadi karyawan di perusahaan, Kementerian Perindustrian juga siap membentuk lulusan SMK menjadi wirausaha.
"Lulus SMK mau kerja atau mau jadi pengusaha bisa disiapkan. Kami sudah siapkan timnya," imbuhnya.
Menperin menyampaikan, Jawa Timur merupakan salah satu kontributor terbesar pada perekonomian nasional dari kinerja industrinya.
“Kontribusi ekonominya 32 persen, kedua setelah Jawa Barat yang 42 persen. Makanya, program vokasi link and match antara SMK dengan industri, pertama diluncurkan untuk Jawa Timur. Daerah ini dipilih sebagai percontohan karena memiliki beragam industri,” paparnya.
Lebih lanjut, beberapa kota industri lainnya, seperti di Kudus, Cilegon, Gresik, Sidoarjo, dan Bekasi, juga didorong agar industri meningkatkan penyerapan dari lulusan SMK atau pendidikan vokasi.
“Kami telah mendorong industri masuk ke kawasan industri dan membina SMK-SMK di sekitarnya,” kata Airlangga.
Direktur PT Gudang Garam Tbk Istata Taswin Siddharta mengatakan, di perusahaannya banyak menyerap lulusan SMK. Bahkan, pihaknya telah membina SMK sekitar dalam program pelatihan.
"Ada beberapa tempat yang bisa kami berikan kepada lulusan SMK. Kami juga fokus melakukan pelatihan yang bekerja sama dengan lima SMK dengan kurikulum yang cocok," ujarnya.
Pada acara Dialog Nasional, Menperin mendapat beberapa pertanyaan kritis dari para siswa SMK yang hadir, misalnya bagaimana dunia usaha atau industri bisa memberi ruang kepada siswa SMK dan mengusulkan penyediaan tenaga ahli sebagai guru di sekolah mereka.
Airlangga menjawab, industri sudah membuka diri untuk kegiatan magang atau praktik kerja lapangan bagi pelajar SMK.
“Kemarin saya kunjungan di Klaten, Jawa Tengah melihat di sana anak-anak langsung praktik kerja memakai dengan mesin yang sesungguhnya. Model ini yang akan kami dorong," jelasnya.
Terkait tenaga ahli, Kemenperin memiliki program silver expert. Maksudnya, para profesional yang sudah pensiun diberikan pendidikan dan pelatihan sehingga bisa menjadi tenaga pengajar.
"Jadi, mereka bisa mengajar ke SMK-SMK,” kata Menperin.
Sementara itu, Intan, siswi SMKN3 Kota Kediri, menyampaikan tentang kurikulum pendidikan yang diterapkan di sekolahnya lebih banyak pendidikan normatif ketimbang produktif. Pertanyaan Intan ini dinilai bagus, oleh Menperin.
"Sekarang ini sedang disinkronisasi kurikulumnya, sebanyak 70 persen produktif dan 30 persen normatif. Selain itu, kami juga mitrakan industri dengan sekolah yang belum punya teaching factory. Supaya adik-adik bisa praktik ke industri, seperti di SMKN3 Kota Kediri, jurusan tata boga ini bisa disinergikan dengan industri makanan dan minuman," jawab Airlangga.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017
Tags: