Pendamping ideal untuk Jokowi menurut JK
16 November 2017 14:03 WIB
Arsip Foto. Wakil Presiden Jusuf Kalla (tengah) didampingi Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek saat melakukan video konferensi dengan sejumlah gubernur ketika menghadiri peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) di Kawasan Bundaran HI Jakarta, Minggu (12/11/2017).(ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Calon pendamping Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pemilihan presiden 2019 idealnya sosok yang religius menurut Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla (JK).
"Kalau presidennya nasional, maka wakilnya harus lebih religius, itu biasa," kata JK menjawab pertanyaan peserta Rapat Kerja Nasional Partai Nasdem di Jakarta, Kamis, menambahkan bahwa kalau presidennya politisi wakilnya sebaiknya dari kalangan teknokrat.
Berdasarkan pengalamannya di pemerintahan, ia mengatakan, peluang keterpilihan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang berasal dari suku yang berbeda lebih luas.
"Harus bermacam-macam, maka pilihannya luas, karena kalau sama pilihannya sempit," katanya.
Karena di Indonesia penduduk Jawa hampir 60 persen, ia mengatakan, secara logika calon presiden dari Jawa peluang terpilihnya lebih besar.
Selain itu, menurut dia, dukungan partai politik kepada pasangan calon juga merupakan faktor penting yang meningkatkan peluang keterpilihan mereka.
Ia menambahkan bahwa calon petahana punya peluang lebih besar memenangi pemilihan presiden tanpa kampanye besar kalau kepemimpinannya dinilai berhasil.
Dalam acara itu, JK juga menegaskan kembali bahwa dia tidak akan mengikuti pemilihan presiden dan wakil presiden. "Maaf, saya mau istirahat... undang-undang juga menyebutkan presiden dan wapres tidak bisa dipilih dua kali," kata JK.
Partai Nasdem telah menyatakan dukungan mereka terhadap pencalonan Jokowi sebagai presiden dalam Pemilu 2019.
"Kalau presidennya nasional, maka wakilnya harus lebih religius, itu biasa," kata JK menjawab pertanyaan peserta Rapat Kerja Nasional Partai Nasdem di Jakarta, Kamis, menambahkan bahwa kalau presidennya politisi wakilnya sebaiknya dari kalangan teknokrat.
Berdasarkan pengalamannya di pemerintahan, ia mengatakan, peluang keterpilihan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang berasal dari suku yang berbeda lebih luas.
"Harus bermacam-macam, maka pilihannya luas, karena kalau sama pilihannya sempit," katanya.
Karena di Indonesia penduduk Jawa hampir 60 persen, ia mengatakan, secara logika calon presiden dari Jawa peluang terpilihnya lebih besar.
Selain itu, menurut dia, dukungan partai politik kepada pasangan calon juga merupakan faktor penting yang meningkatkan peluang keterpilihan mereka.
Ia menambahkan bahwa calon petahana punya peluang lebih besar memenangi pemilihan presiden tanpa kampanye besar kalau kepemimpinannya dinilai berhasil.
Dalam acara itu, JK juga menegaskan kembali bahwa dia tidak akan mengikuti pemilihan presiden dan wakil presiden. "Maaf, saya mau istirahat... undang-undang juga menyebutkan presiden dan wapres tidak bisa dipilih dua kali," kata JK.
Partai Nasdem telah menyatakan dukungan mereka terhadap pencalonan Jokowi sebagai presiden dalam Pemilu 2019.
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: