Jakarta-Bekasi ditempuh selama 7 jam pascainsiden crane
16 November 2017 11:07 WIB
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta, Senin (23/10/2017). Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Halim Pagarra mengakui adanya peningkatan durasi kemacetan bertambah hingga tiga jam yang disebabkan penyempitan jalur akibat adanya proyek infrastruktur di sejumlah ruas jalan di Jakarta. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Bekasi (ANTARA News) - Seorang pengendara mobil pribadi, Ade Bayu (37), mengaku terjebak kemacetan lalu lintas hingga tujuh jam di lintasan Tol Jakarta-Cikampek wilayah Kota Bekasi, Povinsi Jawa Barat, akibat insiden crane roboh di KM-15, pada Kamis pagi.
"Saya berangkat dari Jakarta jam 01.00 WIB, baru bisa lewat KM-15 pukul 07.00 WIB. Tujuh jam saya stuck di tol," katanya di Bekasi.
Pria yang berprofesi sebagai fotografer di Kota Bandung, Jawa Barat itu mengaku tengah menempuh perjalanan pulang dari Jakarta usai menjalani keperluan kerja.
Kemacetan terparah, kata dia, terjadi di Kelurahan Jatibening, Kota Bekasi, karena mayoritas kendaraan pada saat itu tidak bisa bergerak sama sekali.
"Ini sudah seperti parkiran berjamaah, sebab tidak ada kendaraan yang bisa bergerak," katanya.
Ade yang mengendarai kendaraan Suzuki Karimun warna hitam itu mengaku terjebak kemacetan di Jatibening pada pukul 05.00 WIB.
"Dari Jakarta arah Jatibening masih merayap, tapi pas di Jatibening tidak bergerak sama sekali. Mesin mobil rata-rata pada dimatiin semua," katanya lagi.
Ade juga mengaku baru kembali menyalakan mesin selang dua jam kemudian, setelah petugas terkait memulai proses evaluasi `bangkai` crane yang ambruk di KM-15.
"Setelah itu, saya baru bisa jalan ke arah Bandung. Titik masalahnya ada di KM-15 karena ada crane yang jatuh," katanya pula.
Sementara Darmadji (41), pengemudi lainnya mengaku terbantu dengan rekayasa lalu lintas contraflow yang diterapkan petugas mulai dari KM-14 hingga KM-21 arah Cikampek.
"Tepat jam 09.45 WIB, saya ikut masuk ke jalur arah Jakarta sesuai petunjuk petugas yang mengatur contraflow dan langsung keluar di Tambun," katanya.
Darmadji mengaku baru pulang dari tempat kerjanya di kawasan Cawang, Jakarta Timur, menuju rumahnya di kawasan Deltamas Cikarang Pusat.
"Saya tidak kuat pegalnya, hampir lima jam saya terjebak macet pakai mobil kopling, makanya istirahat dulu di rest area," katanya.
"Saya berangkat dari Jakarta jam 01.00 WIB, baru bisa lewat KM-15 pukul 07.00 WIB. Tujuh jam saya stuck di tol," katanya di Bekasi.
Pria yang berprofesi sebagai fotografer di Kota Bandung, Jawa Barat itu mengaku tengah menempuh perjalanan pulang dari Jakarta usai menjalani keperluan kerja.
Kemacetan terparah, kata dia, terjadi di Kelurahan Jatibening, Kota Bekasi, karena mayoritas kendaraan pada saat itu tidak bisa bergerak sama sekali.
"Ini sudah seperti parkiran berjamaah, sebab tidak ada kendaraan yang bisa bergerak," katanya.
Ade yang mengendarai kendaraan Suzuki Karimun warna hitam itu mengaku terjebak kemacetan di Jatibening pada pukul 05.00 WIB.
"Dari Jakarta arah Jatibening masih merayap, tapi pas di Jatibening tidak bergerak sama sekali. Mesin mobil rata-rata pada dimatiin semua," katanya lagi.
Ade juga mengaku baru kembali menyalakan mesin selang dua jam kemudian, setelah petugas terkait memulai proses evaluasi `bangkai` crane yang ambruk di KM-15.
"Setelah itu, saya baru bisa jalan ke arah Bandung. Titik masalahnya ada di KM-15 karena ada crane yang jatuh," katanya pula.
Sementara Darmadji (41), pengemudi lainnya mengaku terbantu dengan rekayasa lalu lintas contraflow yang diterapkan petugas mulai dari KM-14 hingga KM-21 arah Cikampek.
"Tepat jam 09.45 WIB, saya ikut masuk ke jalur arah Jakarta sesuai petunjuk petugas yang mengatur contraflow dan langsung keluar di Tambun," katanya.
Darmadji mengaku baru pulang dari tempat kerjanya di kawasan Cawang, Jakarta Timur, menuju rumahnya di kawasan Deltamas Cikarang Pusat.
"Saya tidak kuat pegalnya, hampir lima jam saya terjebak macet pakai mobil kopling, makanya istirahat dulu di rest area," katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: