Wina (ANTARA News) - Produksi opium di Afghanistan mencapai rekor tertinggi pada tahun ini, meningkat 87 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu, setelah perluasan pesat wilayah untuk mengolah bunga popi, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Rabu.

Dalam temuan utama survai opium Afghanistan tahunannya, Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) mengatakan bahwa keluaran opium, yang dibuat dari benih popi di Afghanistan, sumber utama heroin di dunia, mencapai sekitar 9.000 metrik ton pada tahun ini.

"Peningkatan pemberontakan dan pendanaan untuk kelompok teroris kemungkinan terjadi di Afghanistan, sementara heroin dengan mutu tinggi dengan harga lebih rendah akan menjangkau pasar di seluruh dunia, yang menyebabkan peningkatan konsumsi," kata UNODC.

Laporan pada tahun lalu memperingatkan bahwa kekhawatiran keamanan Kabul, yang melemah di banyak wilayah berkontribusi pada keruntuhan upaya pemberantasan opium, metoda yang diperjuangkan Amerika Serikat setelah memimpin serbuan ke Afghanistan pada 2001, ketika negara tersebut berada di bawah kekuasaan Taliban.

Pada tahun ini, gubernur provinsi membasmi sekitar 750 hektar yang digunakan untuk budidaya opium, dua kali lipat lebih besar dari tahun lalu. Namun, area budidaya juga mencapai rekor tahun ini pada 328.000 hektar, naik lebih dari 60 persen ketimbang tahun lalu. Kawasan selatan dan timur laut menunjukkan pertumbuhan terbesar.

Hasil rata-rata per hektar juga terdorong sebanyak 15 persen sejak tahun lalu, menurut laporan tersebut.

Dalam hal keuangan, nilai tukar petani dari opium yang dihasilkan naik lebih dari 50 persen sekitar 1,4 miliar dolar AS atau 7 persen dari produk domestik bruto Afghanistan, kata UNODC dikutip Reuters.

(KR-DVI/B002)