Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny Kusumastuti Lukito, yang didampingi Konsul Jenderal Republik Indonesia di Jeddah, Mohamad Hery Saripudin, bertemu dengan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Yousef Ahmed Al-Othaimeen, untuk membahas usaha-usaha dengan Indonesia didorong menjadi penggerak kemandirian para anggota OKI dalam memproduksi obat dengan kualitas baik dan harga terjangkau.

Konsul Ekonomi KJRI Jeddah, Agus Muktamar, dalam keterangannya kepada Antara di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa dalam pertemuan Senin di Jeddah pada Senin (13/11), Kepala BPOM menyambut baik berbagai program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh OKI untuk memajukan pembangunan di 57 negara anggotanya.

Indonesia melihat OKI sebagai salah satu mitra strategis tidak hanya dalam isu-isu politik namun juga dalam mendorong perubahan dan pembangunan yang lebih baik tidak hanya bagi anggotanya namun bagi sebesar-besar kemaslahatan umat dan dunia, kata Agus mengutip Kepala BPOM.

Oleh karena itu, Indonesia menawarkan kepada OKI untuk bekerja sama membangun kemandirian (self reliance) anggota OKI dalam memproduksi obat-obatan terutama vaksin.

Tawaran kerja sama dari Indonesia disambut baik oleh OKI dan mengharapkan agar kerja sama antara Indonesia dan OKI dapat segera terealisasi dalam berbagai bentuk program konkret.

Indonesia merupakan pionir dan pendorong penting, tidak hanya di kawasan Asia Tenggara, namun juga di OKI, sebagai "center of excellence" pengembangan obat-obatan berkualitas dan terjangkau. OKI menyambut baik inisiatif Indonesia dalam membantu negara-negara anggota OKI untuk mampu secara mandiri menghasilkan produk vaksin dan obat-obatan yang berkualitas tanpa tergantung kepada pihak luar.

Kemandirian menjadi kata kunci dan indikator kesuksesan pembangunan di OKI, ujar Al-Othaimeen setelah menerima Kepala BPOM.

Sekjen OKI mengharapkan Indonesia untuk menjadi tuan rumah pelaksanaan pertemuan tingkat tinggi OKI untuk pejabat-pejabat yang menangani isu obat dan makanan sehingga dapat dihasilkan inisiatif kerja sama yang lebih strategis dan terstruktur.

"Kami gembira bahwa tawaran Indonesia untuk melakukan capacity building di bidang obat-obatan dan keamanan makanan disambut dengan hangat oleh Sekjen OKI. Indonesia, dengan berbagai pengalaman dan kapasitas yang dimiliki, akan berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan kemitraan dengan OKI ke level yang lebih strategis," tambah Penny.

Secara khusus, Konjen RI Jeddah menjelaskan bahwa Indonesia memiliki beberapa industri penting di bidang-bidang obat-obatan yang telah diakui oleh dunia internasional yaitu Bio Farma dan Kalbe Farma.

Kedua industri tersebut akan menjadi platform dalam pertukaran informasi dan alih teknologi dalam pengembangan obat di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara serta anggota OKI lainnya.

"Kami mengharapkan agar prakarsa Indonesia ini juga menjadi pintu bagi terbukanya pasar bagi produk-produk Indonesia di negara-negara anggota OKI," kata Hery setelah pertemuan Kepala BPOM dan Sekjen OKI.

KJRI Jeddah akan mengawal inisiatif Indonesia untuk membangun kemandirian dan aksesibilitas produk obat-obatan di negara-negara anggota OKI dan memastikan bahwa prakarsa ini dapat terealisasi dalam waktu dekat.