Sanaa (ANTARA News) - Tua dan muda, pegawai dan aktivis, warga Yaman dari seluruh lapisan turun ke jalanan pada Senin (13/11) untuk memprotes blokade koalisi pimpinan Arab Saudi yang membuat ribuan orang kesulitan bertahan hidup.

"Pengepungan ini menindas, dan seluruh dunia tidur!" teriak orang-orang saat ribuan warga berkumpul di luar kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di ibu kota Sanaa yang dikuasai pemberontak.

Dengan wajah dilukisi warna bendera Yaman, atau mengenakan pakaian tradisional, para demonstran berjalan bersama guna menuntut penghentian blokade di pelabuhan, bandara dan penyeberangan negara tersebut, yang mulai diberlakukan pekan lalu oleh koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang memerangi pemberontak Houthi di negara itu.

Seorang perempuan muda wajahnya dicat setengah hitam, setengah putih -- kerudung berbunga berwarna merahnya melengkapi warna bendera nasional Yaman.

Seorang pria tua memasukkan potret pemimpin pemberontak Syiah Abdulmalik al-Houthi ke dalam ikat kepalanya.

Arab Saudi dan sekutunya menyatakan pengetatan pembatasan terhadap Yaman merupakan respons langsung terhadap serangan rudal terhadap Riyadh awal bulan ini, yang diklaim oleh pasukan Houthi yang didukung Iran.

PBB bulan lalu memasukkan koalisi Arab Saudi ke dalam daftar hitam karena membunuh dan melukai anak-anak di Yaman.

Perang Yaman telah menewaskan ribuan orang dan membawa negeri miskin itu ke ambang kelaparan, sementara koalisi terus bertempur bersama pemerintah untuk memerangi Houthi dan sekutu mereka, orang kuat Ali Abdullah Saleh.

Saleh al-Samad, kepala dewan politik Houthi, menuntut koalisi mengakhiri blokadenya terhadap Yaman, tempat kedua pihak yang berkonflik dituduh mengabaikan keselamatan warga sipil.

"Pilihan tepat bagi rezim Saudi dan sekutunya adalah menghentikan perang, mengakhiri blokade dan terlibat dalam dialog langsung," kata Samad dalam unjuk rasa.

"Melanjutkan agresi dan blokade akan memaksa kami untuk... melukai negara-negara itu untuk mempertahankan rakyat kami."

Koalisi menyatakan sudah membuka kembali pelabuhan Aden dan perbatasan darat, kedua dikendalikan oleh sekutunya dalam pemerintahan Presiden Abedrabbo Mansour Hadi.

Namun pelabuhan Laut Merah, Hodeida, yang dikuasai pemberontak masih ditutup. Pelabuhan itu penting bagi upaya bantuan PBB.

Arab Saudi dan sekutunya berperang di Yaman sejak Maret 2015.

PBB sekarang memasukkan Yaman sebagai krisis kemanusiaan nomor satu di dunia, dengan 17 juta orang membutuhkan makanan, tujuh juta di antaranya berisiko kelaparan.

Kepala Bantuan PBB Mark Lowcock pekan lalu mengingatkan bahwa kecuali blokade dicabut, Yaman akan menghadapi "kelaparan terbesar yang pernah dunia saksikan dalam puluhan tahun, dengan jutaan korban", demikian menurut siaran AFP.