Jakarta (ANTARA News) - Andy Rachmianto beruntung mendapat mandat dari negara menjadi wakil dan wajah Indonesia di Yordania, sebagai duta besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Yordania Hasyimiah dan Palestina sejak Juni tahun ini.

Andy merasa banyak hal besar yang bisa dipetik Indonesia dari Yordania.  "Pada banyak hal negeri ini mirip Indonesia," kata Andy dalam wawancara dengan ANTARA News pekan lalu.

Salah satu pelajaran penting dari Yordania adalah kehidupan beragama di negeri yang seperti halnya Indonesia memiliki penduduk mayoritas muslim. Dan seperti Indonesia, Yordania juga memiliki tatanan pluralistik nan toleran, baik dalam praktik beragama maupun berpolitik.

Penduduk muslim Palestina umumnya moderat seperti predikat yang melekat pada bagian terbesar penduduk muslim Indonesia. Rakyat Yordania juga toleran, seperti bagian terbanyak rakyat Indonesia.

Kemoderatan Yordania salah satunya tercermin dari cara berbusana penduduknya. Sekalipun berada di jantung dunia Arab yang dekat dengan tanah suci Islam di Arab Saudi, rakyat Yordania cenderung lebih liberal dalam berpenampilan.

"Di kota-kota Yordania akan sulit menemukan pemandangan seperti Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia," kata Andy.

Maksud Andy adalah akan jauh lebih mudah mendapati muslimah Indonesia mengenakan hijab dalam skala massal, ketimbang di Yordania, padahal ini adalah negeri Arab yang hampir seluruhnya beragama Islam.

Paling aman

Negeri ini dikelilingi banyak titik api konflik yang sejak ribuan tahun silam menjadi satu-satunya kawasan di dunia yang paling konstan dibakar sengketa, Timur Tengah. Ironisnya, Yordania malah menjadi negara Arab yang paling stabil.

"Yordania adalah salah satu dari negara Arab yang paling aman," kata Andy, mengutip survei lembaga poling Gallup yang pada 2017 menempatkan Yordania pada posisi kedua di bawah Aljazair sebagai negara Arab paling aman.

Kepada ratusan ribu warga 135 negara yang disurvei, Gallup mengajukan pertanyaan mengenai seberapa besar orang percaya kepada polisi, seberapa besar orang merasa aman dari kriminalitas dan seberapa aman orang jalan sendiri pada malam hari. Hasilnya, Yordania menempati peringkat kesembilan dunia, hanya delapan level di bawah negara teraman di dunia, Singapura.

Andy menyebut salah satu faktor yang membuat Yordania stabil dan aman adalah kharisma dari kepemimpinan efektif dan demokratis keluarga kerajaan yang memerintah salah satu dari empat monarki konstitusional di Arab ini. Tiga monarki konstitusional Arab lainnya adalah Kuwait, Bahrain dan Maroko.

Diperintah oleh keturunan langsung Bani Hasyim yang menurunkan Nabi Muhammad SAW --dengan bukti silsilah keluarga yang bermuara kepada Hasyim bin Abdul Manaf. buyut Rasulullah-- Yordania menunjukkan wajah Islam yang lembut, merangkul dan toleran yang diajarkan Rasulullah seperti umum diketahui kaum muslim baik dari tuturan para aulia dan ulama, kitab-kitab, hadits-hadits, maupun dari jutaan literatur lainnya.

Faktanya, setidaknya dari kesaksian selama enam bulan pertama Andy Rachmianto bertugas di Yordania, toleransi Yordania terbilang istimewa sampai-sampai agak sulit menemukan padanannya di dunia Arab.

Salah satu contoh toleransi itu tercermin dari cara Yordania mengayuh dayung biduk sistem politiknya. Jika di Mesir dan Saudi, Ikhwanul Muslimin dilarang, bahkan dicap teroris, tidak demikian dengan Yordania.

"Di Yordania Ikhwanuli Muslimin bahkan punya wadah partai politik yang memiliki kursi di parlemen," kata Andy.

Lebih mengejutkan lagi di negeri berpenduduk 9,5 juta yang 97 persen penduduknya memeluk Islam ini, partai komunis bahkan dibiarkan hidup. Ironisnya, Hizbut Tahrir dilarang karena dianggap menyimpan agenda mengubah fondasi negara.

Menangkal radikalisme

Sebaliknya sikap Yordania terhadap radikalisme dan terorisme amat tegas, khususnya menyangkut ISIS dan Alqaeda, kendati banyak ideolog dan operator kedua organisasi teror itu berasal dari Yordania. Abdullah al-Azam yang menjadi ideolog Osama bin Laden, sang pendiri Alqaeda, dan Abu Musab al-Zarqawi yang menginspirasi ideologi teror ISIS, adalah orang-orang Yordania.

Menariknya, ekstremisme di tetangga-tetangganya Arab dengan cantik berhasil ditangkal Yordania, lewat dua medan tempur, yakni pendekatan keras dan pendekatan lembut, persis seperti dilakukan Indonesia.

Saat ISIS mengharubiru salah satu tetangganya, Suriah, Yordania sukses menahan gelombang ekstremisme kendati serangan teror mengatasnamakan ISIS kerap pula terjadi di sini.

Walaupun warganya menyumbang petempur asing untuk ISIS yang termasuk paling banyak, Yordania memiliki fondasi masyarakat pluralistis dan toleran yang kuat sehingga ekstremisme selalu gagal mendapatkan pijakannya di negeri ini.

Di sisi lain, perang melawan teror dalam dua pendekatan --hard dan soft-- telah membuat Yordania relatif lebih berhasil dalam menangkal radikalisme dibandingkan dengan negara-negara Arab lainnya.

Yordania juga belajar kepada banyak negara, termasuk Indonesia.  "Baru-baru ini Kepala BNPT mengunjungi Yordania dalam berbagai upaya-upaya kontraterorisme dan deradikalisasi," kata Andy yang sebelum memikul fungsi diplomat utama Indonesia di Yordania dan Palestina adalah Direktur Keamanan dan Perlucutan Senjata Internasional pada Kementerian Luar Negeri.

BNPT adalah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dan saat ini diketuai Komjenpol Suhardi Alius.

Indonesia dan Yordania memang kian intensif saling berbagi informasi dan mencari formula-formula efektif dalam menghadapi radikalisme dan mempromosikan deradikalisasi.

Dilema relatif sama antara mempromosikan Islam yang menjadi rahmat untuk seisi alam dan melawan pemikiran-pemikiran intoleran, telah kian mendekatkan kedua negara. Raja Abdullah yang pernah dua kali mengunjungi Indonesia bahkan berharap besar dikunjungi Presiden Joko Widodo.

"Sebagai dua negara berpenduduk mayoritas Islam yang menjalankan ajaran Islam yang moderat, Raja Yordania sangat mengharapkan kunjungan balasan Presiden RI ke Yordania sebagai bentuk penguatan hubungan kedua negara," kata KBRI Amman beberapa waktu lalu.

Pemahaman utuh

Yordania sendiri bersahabat dengan siapa saja. Mulai dari tetangganya yang paling dekat secara geografis dan kultural, yakni Arab Saudi, yang menjadi muasal Bani Hasyim yang keturunannya adalah pendiri kerajaan Yordania, sampai menjalin hubungan diplomatik dengan Israel yang mungkin tak populer di mata dunia Islam namun posisi ini malah membuat aspirasi merdeka Palestina tetap hidup senyata-nyatanya.

Dalam aspek apa pun, Yordania dan Palestina memang sangat dekat, apalagi separuh penduduk Yordania adalah keturunan Palestina. Istri Raja Abdullah sendiri, Ratu Rania, adalah wanita Palestina kelahiran Kuwait. Tak berlebihan jika Indonesia menyatuposkan fungsi diplomatik Yordania dan Palestina pada seorang duta besar yang kini dijabat Andy Rachmianto.

Bukan hanya karena hanya Palestina dan cara Yordania melawan radikalisme yang membuat Indonesia tak boleh mengacuhkan Yordania, ekonomi Yordania yang miskin sumber daya alam, khususnya sektor pariwisata, juga amat pantas dilirik Indonesia.

Di negeri ini ada jejak-jejak peradaban bangsa-bangsa besar di masa lalu yang pernah menguasai dunia ribuan tahun silam, dari era Yunani kuno, Romawi, Persia, Arab, dan tentu saja Islam, sampai era imperium Turki Usmaniyah atau Ottoman. Dari semua itu, kota batu Petra adalah yang paling monumental sampai-sampai UNESCO pun melabelinya dengan Warisan Dunia.

Lain hal, mengutip The Huffington Post, tak seperti tetangga-tetangganya di Arab, kota-kota, desa-desa, jalan-jalan dan jalan raya di Yordania umumnya bersih dan tertata sehingga makin melengkapkan negara ini sebagai tujuan wisata favorit.

"Kini banyak biro-biro perjalanan Indonesia yang memasukkan perjalanan wisata ke Yordania dalam paket umroh mereka," kata Andy Rachmianto sembari menggarisbawahi posisi unik Yordania yang mempunyai akses "jalan tol" ke pasar Uni Eropa yang bisa menjadi nilai tambah Yordania untuk produk Indonesia yang ingin menembus Uni Eropa.

Sektor lain yang tak kalah menarik dari negeri yang penduduknya dikenal intelek ini adalah pendidikan tingginya yang bisa menjadi oase untuk mereka yang ingin mengenal wajah Arab moderat.

"Setelah banyak mahasiswa kita diciduk di Mesir karena dugaan keterkaitan dengan Ikhwanul Muslimin, kini banyak mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Yordania," kata Andy.

Di atas itu semua, bagi Indonesia yang lagi sibuk menghadang intoleransi, Yordania adalah sekolah tepat dalam mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai kawasan yang di Indonesia terlanjur diasosiasikan sebagai homogen Islam ini, padahal dunia Arab itu lebih pluralistis dari yang dikira kebanyakan orang Indonesia.

Dan pemahaman yang utuh mengenai dunia Arab ini dapat menangkal manipulasi informasi mengenai Arab dan keagamaan di sini sehingga katup-katup radikalisme dan intoleransi, disumbat serapat-rapatnya sedini mungkin.

Inilah insentif paling besar bagi Indonesia yang ditangkap Andy Rachmianto dari Yordania.