Kairo, Mesir (ANTARA News) - Angkatan Udara Mesir menghancurkan 10 kendaraan yang berisi senjata dan berusaha menyusup ke dalam wilayah Mesir melalui perbatasan barat dengan Libya Timur, kata juru bicara militer dalam satu pernyataan pada Sabtu (11/11).

"Pasukan militer mendeteksi dan memburu 10 kendaraan 4x4 yang diisi sejumlah senjata, amunisi dan barang selundupan di perbatasan barat," kata Juru Bicara Militer Mesir Tamer Ar-Refaay, sebagaimana dikutip Xinhua.

Ia menambahkan, "Angkatan Udara menangani mereka, menghancurkan semuanya dan menewaskan anasir teror di sana."

Sejak Mei, Angkatan Udara Mesir telah menghancurkan sedikitnya 100 kendaraan yang berisi senjata saat kendaraan itu berusaha menyeberangi perbatasan Libya menuju Mesir.

Presiden Mesir Abdel Fattah As-Sisi belum lama ini mengatakan Mesir menghancurkan 1.200 kendaraan yang membawa senjata, amunisi dan petempur di perbatasan dengan Libya selama 30 bulan belakangan.

Bentrokan dua hari belum lama ini antara pasukan keamanan dan pelaku teror yang meletus pada 20 Oktober menewaskan 16 polisi dan melukai 13 orang di Gurun Wilayah Barat di dekat jalan raya Al-Wahat di pinggir kota Giza, sebelah barat Ibu Kota Mesir, Kairo.

Belakangan, serangan udara militer terhadap satu lokasi di dekatnya, daerah pegunungan di Provinsi Fayoum di bagian barat Mesir di sebelah selatan Kairo, menewaskan banyak pelaku teror yang terlibat dalam serangan anti-polisi. As-Sisi pada Rabu mengungkapkan hanya satu dari mereka ditangkap hidup-hidup dan ia bukan warga negara Mesir, dan menyatakan semua 13 gerilyawan tewas.

Gurun Barat Mesir juga menyaksikan serangan teror yang menewaskan tak kurang dari 21 prajurit pada Juli 2014. Pada Februari 2015, gerilayawan ISIS menyiarkan rekaman video yang memperlihatkan 20 orang Mesir yang dipenggal di dekat Kota Sirte, yang kacau di Libya.

Negeri tersebut telah bekerja sama dengan negara tetangga Libya untuk mencapai penyelesaian politik di Libya, yang dicabik petang saudara dan dikelola oleh dua pemerintah yang bertikai. Satu kelompok memerintah Ibu Kota Libya, Tripoli, di bagian barat-laut negeri tersebut, dan satu lagi memerintah di Kota Tobruk di bagian timur-laut negeri itu.

Mesir memandang kestabilan Libya perlu untuk memelihara keamana nasionalnya sendiri, dan mengamankan perbatasan baratnya seta mengusir pelaku teror lintas perbatasan.

(Uu.C003)