Jakarta (ANTARA News) - Penyerapan anggaran Kementerian Pemuda dan Olahraga saat ini baru mencapai 29 persen yang salah satu kendalanya adalah belum maksimalnya pemanfaatkan anggaran persiapan pelaksanaan Asian Games 2018 oleh INASGOC.

"Kalau penyerapan anggaran Kemenpora dan INASGOC digabung memang baru segitu (29 persen). Tapi, kalau dipisah, penyerapan anggaran Kemenpora sudah 44 persen," kata Seskemenpora, Gatot S Dewa Broto di Kantor Kemenpora, Jakarta, Selasa.

Menurut dia, jika DPR mempertanyakan penyerapan anggaran tahun ini pihaknya akan membuat dua laporan yang berbeda. Laporan pertama adalah serapan anggaran Kemenpora digabung dengan INASGOC dan yang kedua khusus untuk serapan Kemenpora.

Jika dilihat dari serapan khusus Kemenpora, Gatot menilai cukup bagus atau tidak tertinggal jauh dengan kementerian yang lain. Namun, pihaknya akan terus berusaha memaksimalkan anggaran mengingat masih ada waktu dua bulan.

"Khusus untuk INASGOC, serapan anggaran per 3 November baru 11 persen. Itu laporan yang sudah kami terima," kata mantan Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora itu.

Untuk persiapan pelaksanaan Asian Games 2018, INASGOC mendapatkan kucuran Rp2 T. Hanya saja, turunnya anggaran tersebut agak terlambat. Kondisi ini berpengaruh terhadap persiapan termasuk pengadaan barang dan jasa untuk kejuaraan empat tahunan ini.

"Seperti menyewa JCC. Dana untuk pembayaran uang muda sudah ada. Tapi kenyataan di lapangan berbeda. Pembayaran ternyata harus dilakukan full pada tahun pelaksanaan Asian Games. Jadi harus tahun depan," kata pria asal Yogjakarta itu.

Tidak hanya INASGOC yang menjadi sorotan Kemenpora. Panitia penyelenggara Asian Paragames 2018 atau INAPGOC juga dihimbau bisa memaksimalkan anggaran yang sebentar lagi akan turun yang besarnya mencapai Rp86 miliar. Hanya ada waktu dua bulan untuk memaksimalkannya.

"INAPGOC mengaku siap memaksimalkan jika anggaran sudah turun," kata pria lulusan UGM itu.

Sebelumnya Koordinator Pengadaan INASGOC, Listyanto mengakui jika serapan anggaran memang belum maksimal. Bahkan, dalam penjelasannya serapan dana baru sekitar 14 persen dari total Rp2 T. Hal tersebut terjadi karena banyak hal termasuk terlambatnya pencairan dana.