Jakarta (ANTARA News) - PT Surveyor Indonesia (Persero), perusahaan jasa survei, inspeksi, sertifikasi dan konsultasi, menargetkan pendapatan tahun 2018 sekitar Rp1,21 triliun, meningkat 20 persen dibanding pendapatan 2017 yang diproyeksikan sekitar Rp1,01 triliun.

"Pertumbuhan pendapatan 2018 didorong meningkatnya nilai kontrak pada empat sektor andalan dan program efisiensi yang dilakukan perusahaan," kata Direktur Utama Surveyor Indonesia M Arif Zainuddin di Jakarta, Selasa.

Menurut Arif, pada saat yang bersamaan diharapkan perseroan mampu mencetak laba sebelum pajak tahun 2018 sebesar Rp159 miliar, tumbuh 22 persen dibanding tahun 2017.

Selama tahun 2018, empat sektor andalan Surveyor Indonesia yaitu sektor penguatan institusi dan kelembagaan, migas dan sistem pembangkit, mineral dan batubara, bisnis infrastruktur.

"Tahun 2018 diperkirakan terjadi lonjakan pendapatan, sejalan dengan tingginya kontrak yang sudah diperoleh perusahaan," ujarnya.

Di sektor penguatan institusi dan kelembagaan pada tahun 2018 diproyeksikan membukukan pendapatan sebesar Rp243,8 miliar, naik sebesar 16 persen dari target Rp42,7 miliar. Produk-produk unggulan meliputi restrukturisai mesin produksi, pengawasan produk impor, konsultasi aktivitas ekspor, pendampingan investasi dan pengawasan perlindungan lingkungan.

Sektor mineral dan batubara diperkirakan meningkat 30 persen sejalan dengan meningkatnya bisnis ini dalam lima tahun ke depan, meliputi laboratorium mineral dan batubara, pengawasan produksi hulu ke hilir, tes batubara, pemetaan foto udara.

Di sektor bisnis infrastruktur tahun 2018, pendapatan ditargetkan naik 11 persen dengan jasa andalan verifikasi atas Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Bidang jasa lain yang menjadi andalan sektor bisnis infrastruktur adalah jasa konsultansi kegiatan perencanaan dan pengawasan proyek.

"Kami ditunjuk oleh pemerintah sebagai Konsultan Pengawas Independent untuk wilayah Barat (Palapa Ring Barat) dan wilayah Tengah (Palapa Ring Tengah) yang rencana konstruksi selesai tahun 2019," paparnya.

Arif menambahkan sumber pendapatan dari proyek Surveyor Indonesia sebesar 75 persen berasal dari komersial (swasta) dan 25 persen dari Pemerintah (APBN).

Pada tahun 2018 Surveyor Indonesia mendapat proyek dari PT Pertamina (Persero) berupa sistem pengawasan kargo untuk mengurangi kehilangan minyak (oil loses) saat pengiriman dari kilang ke tangki timbun.

"Oil loses Pertamina terus menurun menjadi 0,11 persen pada semester I 2017, dari sebelumnya 0,4 persen pada tahun 2016," ujarnya.

Selain itu, perseroan juga mendapat kontrak kerja dengan SKK Migas untuk mengawasi tingkat produksi gas, termasuk kontrak dengan PT PLN (Persero) untuk survei nilai kandungan batu bara dari tambang ke pembangkit listrik milik PLN.

Proyek berikutnya penyediaan laboratorium penerapan wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) dari Kementerian Perindustrian.

"Kami ditantang untuk membangun laboratorium untuk minyak pelumas, industri baja, lingkungan, emas, mesin dan perlatan, velg dan ban, mainan anak dengan total investasi sekitar Rp69,2 miliar," ujarnya.