Pangkalpinang (ANTARA News) - Penangkapan Yusron atau Abu Dujana, akan memuaskan negara adidaya yang mengaku sebagai polisi dunia dibawah komando AS, karena orang-orang yang menurut versi mereka dengan cap teroris harus diberangus. "AS dan sekutunya seperti Australia menginginkan semua orang yang dalam kacamata mereka teroris ataupun membahayakan agenda mereka, harus ditangkap dan diadili. Kini mereka makin berpuas diri," kata pengamat masalah sosiologi, Bustami Rahman Ph.D, di Pangkalpinang, Babel, Rabu. Penangkapan terhadap Yusron dengan tuduhan teroris, bukan berarti melemahkan ataupun mematikan sel ataupun jaringan teroris. Selama perbuatan negara yang mengaku polisi dunia sewenang-wenang terhadap umat Islam dan negara Islam bentuk perlawanan dari kelompok militan tidak akan berhenti. Dalam sosiologi ada yang namanya "counter culture" berupa kultur yang teraniaya akan memberikan perlawanan. Perlawanan yang dilakukan itulah yang kadang dilakukan dalam bentuk teror. Sehubungan dengan dugaan, Yusron yang mampu merekrut banyak kader selama pelariannya, menurut Bustami hal itu sebagai bentuk adanya simpati secara perorangan terhadap gerakan mereka yang menilai perjuangan yang dilakukan adalah bentuk melawan penindasan dan ketidakadilan. Bustami menyatakan, negara maju menginginkan penekanan terhadap negara dengan penduduk mayoritas Muslim seperti Indonesia, Malaysia maupun Mesir hingga mereka jadi bangsa yang tidak bisa berbuat apa-apa dengan standar dibuat negara adidaya. Praktek itulah yang memunculkan perlawanan dan akhirnya jadi perbuatan dalam bentuk teror. "Saya rasa kalau dalam Pemilu di AS mendatang, partai Demokrat berhasil menang, kebijakan yang dikeluarkan akan lebih mendorong adanya kedamaian didunia," ujar Rektor Universitas Bangka Belitung itu.(*)