Kuala Lumpur (ANTARA News) - KBRI Kuala Lumpur menginisiasi pertemuan negara-negara Afrika yang tidak memiliki perwakilan di Indonesia dengan mengadakan pertemuan "Indonesia - Afrika Forum Kuala Lumpur Chapter" di Malaysia, Kamis.

Pertemuan dihadiri Duta Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur, Rusdi Kirana, Wakil Dubes Andreano Erwin,

Direktur Afrika Ditjen Asia Pasifik Afrika Kemenlu, Daniel Tumpal S. Simanjuntak dan perwakilan PT Wika.

Para tamu Afrika yang diundang adalah Komisi Tinggi Zambia, Walubita Imakando, Komisi Tinggi Tanzania, Ramadhani Kitwana Dau, Sekretaris I Komisi Tinggi Kenya, Judith NtongOndu, Sekretaris I Komisi Tinggi Nanibia, Audrey Gantana-Namases, Sekretaris II Komisi Tinggi Mauritius, Faranaz Furzun dan Sekretaris III Uganda, Lydia Kambabazi.

"Presiden Jokowi telah menyampaikan visi beliau salah satunya pada pembahasan Afrika bahwa diplomasi Indonesia ke Afrika akan fokus juga pada isu ekonomi. Beliau menyampaikan Indonesia akan membuat Indonesia - Afrika Forum di Bali pada 2018," katanya.

Tujuan pertemuan tersebut, ujar dia, adalah pertemuan pihak swasta sedangkan pemerintah hanya memfasilitasi bagaimana mereka dapat meningkatkan hubungan ekonomi Indonesia dan Afrika.

"Sektor yang kami lihat banyak peluang misalnya BUMN-BUMN Indonesia juga memiliki peran. Sebagaimana diketahui PT Dirgantara Indonesia juga secara intens melakukan pembahasan dengan negara-negara di Afrika sebagaimana PT Wika yang sudah ada di Aljazair," katanya.

Dia mengatakan PT Wika mempunyai visi untuk masuk ke beberapa negara Afrika.

"Sebagai contoh beberapa Minggu lalu Presiden menerima kunjungan Presiden Niger. Dalam joint press conference Presiden juga menugaskan PT Wika untuk datang studi kelayakan. Ini contoh-contoh kecil bagaimana negara-negara Afrika perlu dilibatkan sebagaimana tadi dalam diskusi true parternership bukan daam arti kita hanya melihat Afrika sebagai market tetapi secara kemitraan sama-sama maju," katanya.

Dia mengatakan ada kerjasama yang erat Indonesia dan Afrika sebagai contoh bahan baku tekstil di-impor dari Afrika.

"Ini salah satu contoh kerjasama ini juga menguntungkan bagi Afrika. Potensi bisnis lain sedang di-proses. Tentu pemerintah dan swasta sedang bekerjasama. Hasil konkrit di Bali optimis ada yang bisa dilihat," katanya.

Dia mengatakan Afrika merupakan benua masa depan karena penduduknya masuk middle class sedangkan dengan Indonesia sudah ada Konferensi Asia Afrika (KAA) sehingga sudah ada pondasi yang kuat dalam konteks politik.

"Sekarang kita buat konkrit di bidang ekonomi. Sekarang Ibu Menlu menindaklanjuti arahan Presiden Jokowi."

Fungsi forum ini negara Afrika Sub Sahara ada 46 negara. Semua sekitar 50-an. Yang memiliki perwakilan di Jakarta hanya enam, jadi ada 40 perwakilan lain Afrika yang merangkap Indonesia tidak ada di Jakarta," katanya.

Sedangkan 11 perwakilan Afrika di Kuala Lupur juga meng-cover Indonesia.

"Karena itu inisiatif luar biasa Dubes dan Wadubes karena bisa melakukan inovasi di Kuala Lumpur. Kita jemput bola. Kita tentu ada perwakilan di Afrika tetapi tidak semua ada KBRI. Jadi kita jemput bola. Ternyata cukup efektif," katanya.

Dia mengharapkan melalui forum ini ada kesepakatan bisnis dan juga melihat peluang yang bisa dikerjasamakan misal terkait infrastrutur, konstruksi, digital ekonomi, industri strategis dan perdagangan.