Puluhan ribu anak Rohingya tak berpendamping tinggal di kamp pengungsi
2 November 2017 11:47 WIB
Myanmar menyatakan arus pengungsi Rohingya telah berkurang. Namun faktanya arus eksodus Rohingya ke Bangladesh terjadi seperti pada Jumat, 29 September 2017 di Teknaf. PBB menyatakan ratusan ribu Rohingya lainnya bersiap untuk meninggalkan Myanmar. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay) (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Cox's Bazar (ANTARA News) – Lebih dari 40.000 anak Rohingya tak berpendamping berada di kamp pengungsi di Bangladesh setelah melarikan diri dari Myanmar, ungkap Komisaris Uni Eropa Christos Stylianides pada Rabu (1/11).
Komisaris Uni Eropa untuk Bantuan Kemanusiaan dan Manajemen Krisis menggambarkan krisis pengungsi itu sebagai yang "terbesar" dalam beberapa dekade setelah lebih dari 600.000 pengungsi Rohingya memasuki Bangladesh dari negara bagian Rakhine Myanmar sejak Agustus lalu.
"Saya sangat terkejut dengan begitu banyaknya pengungsi saat mengunjungi kamp. Banjir pengungsi terjadi dalam waktu yang sangat singkat," katanya kepada AFP dalam sebuah wawancara.
Dia mengatakan jumlah anak tak berpendamping itu sekarang tercatat sebanyak "lebih dari 40.000 orang".
"Saya pikir, angka ini sendiri dapat menunjukkan besarnya skala masalah," tambahnya.
Sejumlah badan bantuan mengungkapkan kekhawatiran atas krisis kemanusiaan yang mengerikan di kamp tempat para pengungsi menghadapi kelangkaan tempat tinggal, air, layanan kesehatan dan sanitasi.
"Krisis pengungsi di Cox’s Bazar ini adalah yang terbesar dalam beberapa dekade dan itu memerlukan respons kemanusiaan yang komprehensif dan terkoordinasi," katanya kepada wartawan di Dhaka.
"Jumlah orang, kebutuhan mereka, trauma yang mereka alami benar-benar di luar imajinasi. Jumlah anak-anak yang menderita gizi buruk akut juga melampaui batas imajinasi,†katanya.
Komisaris Uni Eropa untuk Bantuan Kemanusiaan dan Manajemen Krisis menggambarkan krisis pengungsi itu sebagai yang "terbesar" dalam beberapa dekade setelah lebih dari 600.000 pengungsi Rohingya memasuki Bangladesh dari negara bagian Rakhine Myanmar sejak Agustus lalu.
"Saya sangat terkejut dengan begitu banyaknya pengungsi saat mengunjungi kamp. Banjir pengungsi terjadi dalam waktu yang sangat singkat," katanya kepada AFP dalam sebuah wawancara.
Dia mengatakan jumlah anak tak berpendamping itu sekarang tercatat sebanyak "lebih dari 40.000 orang".
"Saya pikir, angka ini sendiri dapat menunjukkan besarnya skala masalah," tambahnya.
Sejumlah badan bantuan mengungkapkan kekhawatiran atas krisis kemanusiaan yang mengerikan di kamp tempat para pengungsi menghadapi kelangkaan tempat tinggal, air, layanan kesehatan dan sanitasi.
"Krisis pengungsi di Cox’s Bazar ini adalah yang terbesar dalam beberapa dekade dan itu memerlukan respons kemanusiaan yang komprehensif dan terkoordinasi," katanya kepada wartawan di Dhaka.
"Jumlah orang, kebutuhan mereka, trauma yang mereka alami benar-benar di luar imajinasi. Jumlah anak-anak yang menderita gizi buruk akut juga melampaui batas imajinasi,†katanya.
Penerjemah: Monalisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: