Rupiah kamis pagi menguat ke Rp13.534
2 November 2017 10:42 WIB
Seorang petugas menghitung uang Rupiah di Kantor Pusat BNI Jakarta, Senin (12/10). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup pada level 13.408 per dolar AS, naik empat poin atau 0,03 persen dari penutupan sebelumnya. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, bergerak menguat sebesar 46 poin menjadi Rp13.534 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.580 per dolar Amerika Serikat.
"Rupiah menguat seiring sentimen positif dari dalam negeri mengenai peringkat kemudahan berusaha yang membaik," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa Bank Dunia menyatakan percepatan reformasi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir memberikan dampak positif.
Kondisi itu membuat Indonesia mencatat peringkat kemudahan berusaha naik menjadi 72 dari posisi 91 dari 190 negara.
Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi rupiah relatif terbatas menyusul adanya persepsi rendahnya inflasi di Indonesia akan membuka ruang bagi Bank Indonesia untuk kembali menurunkan tingkat suku bunga acuannya, yang dapat membuat pergerakan rupiah tertahan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Oktober 2017 sebesar 0,01 persen. Dengan demikian, tingkat inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2017 mencapai 2,67 persen dan inflasi tahunan (year on year) sebesar 3,58 persen.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang cukup kondusif menjaga stabilitas rupiah.
"Rupiah stabil di tengah peluang kenaikan suku bunga AS," katanya.
Secara global, lanjut dia, optimisme pertumbuhan ekonomi dunia yang terus membaik juga turut mendorong mata uang selain dolar AS meningkat seperti euro, sehingga menahan apresiasi dolar AS.
"Rupiah menguat seiring sentimen positif dari dalam negeri mengenai peringkat kemudahan berusaha yang membaik," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa Bank Dunia menyatakan percepatan reformasi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir memberikan dampak positif.
Kondisi itu membuat Indonesia mencatat peringkat kemudahan berusaha naik menjadi 72 dari posisi 91 dari 190 negara.
Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi rupiah relatif terbatas menyusul adanya persepsi rendahnya inflasi di Indonesia akan membuka ruang bagi Bank Indonesia untuk kembali menurunkan tingkat suku bunga acuannya, yang dapat membuat pergerakan rupiah tertahan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Oktober 2017 sebesar 0,01 persen. Dengan demikian, tingkat inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2017 mencapai 2,67 persen dan inflasi tahunan (year on year) sebesar 3,58 persen.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang cukup kondusif menjaga stabilitas rupiah.
"Rupiah stabil di tengah peluang kenaikan suku bunga AS," katanya.
Secara global, lanjut dia, optimisme pertumbuhan ekonomi dunia yang terus membaik juga turut mendorong mata uang selain dolar AS meningkat seperti euro, sehingga menahan apresiasi dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: