Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memanfaatkan serangan teror di New York sebagai alasan untuk memperketat langkah mencegah terorisme, dengan mendesak Kongres mengakhiri pemberian visa lewat program green card atau kartu hijau.
Imigran asal Uzbek yang melakukan serangan teror di New York City bernama Sayfullo Saipov diketahui masuk ke AS dengan memanfaatkan fasilitas kartu hijau itu.
Tindakan Trump ini tak ayal dikecam lawan-lawan politiknya sebagai mempolitisasi insiden di New York itu. Senator Chuck Schumer dari Partai Demokrat bahkan meminta Trump berhenti memecah belah Amerika lewat tragedi itu.
"Saya hari ini memulai proses penghentian program lotere keberagaman. Saya akan meminta Kongres untuk secepatnya menginisiasi kerja untuk mengakhiri program ini," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
"Kita harus lebih keras lagi. Kita harus lebih cerdas lagi. Kita terlalu merasa benar secara politik sampai-sampai kita takut berbuat apa-apa," sambung Trump seperti dikutip Reuters.
Delapan orang tewas setelah Sayfullo Saipov menabrakkan truknya ke jalur sepeda di Manhattan. Polisi menembak dan melukai dia sebelum menangkapnya.
Program kartu hijau menggunakan sistem lotere untuk memilih maksimal 50.000 orang yang menerima visa AS dan juga penetap permanen di AS setiap tahun. Yang mendapatkan kartu ini dibebaskan dari pemeriksaan keamanan AS sebelum beremigrasi ke AS.
Program ini sendiri dikritik di dalam negeri AS karena rentan disalahgunakan dan karena bisa membuat imigran tak berkeahlian masuk ke AS.
"Teroris masuk ke negeri kita lewat apa yang disebut 'Program Lotere Visa Keberagaman', yang dipuja Chuck Schumer. Saya ingin berdasarkan merit," tulis Trump dalam Twitter.
Buntut Teror New York, Trump hapus visa "Green Card"
2 November 2017 06:25 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (REUTERS/Jonathan Ernst)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017
Tags: