Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Rabu sore melemah 29 poin menjadi 9.060/9.070 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya 9.031/9.035, karena aksi lepas rupiah. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga di Jakarta, Rabu mengatakan, rupiah yang saat ini tertekan sebenarnya sedang menuju ke arah kestabilan antara 9.000 sampai 9.200 per dolar AS. "Pergerakan itu tidak perlu dikhawatirkan ini karena merupakan hal biasa," ujar Edwin yang juga menjadi analis riset perusahaan sekuritas swasta nasional. Menurut dia, tekanan ini kemungkinan adanya pedagang memerlukan dolar AS untuk memenuhi kebutuhan perusahaan besar seperti PLN dan Pertamina untuk membayar utang yang sudah jatuh tempo. Ditanya mengenai paket kebijakan, Edwin Sinaga mengatakan, faktor positif itu tidak berpengaruh terhadap pergerakan rupiah. Demikian pula yen Jepang yang menguat terhadap dolar AS maupun euro tidak menimbulkan efek positif. "Paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah memang tidak segera memberikan reaksi terhadap rupiah, namun diharapkan dalam beberapa hari mendatang akan terlihat dampaknya," ucapnya. Mengenai bunga obligasi AS yang meningkat, menurut dia, memang menimbulkan kekhawatiran apabila bunga obligasi lebih tinggi akan mengakibatkan pelarian modal asing di dalam negeri lebih cepat. Tekanan terhadap rupiah, lanjutnya, juga muncul dari pasar eksternal seperti melemahnya pasar saham regional mengikuti merosotnya bursa Wall Street, meski dolar AS melemah terhadap yen. Dolar AS terhadap yen turun menjadi 121,60 dari sebelumnya 121,70, dan euro terhadap yen menjadi 161,50, sedangkan dolar AS terhadap euro menjadi 1.3302. Menurut dia, rupiah sepanjang pekan ini diperkirakan akan tetap tertekan, namun tekanan itu agak berkurang dengan aktifnya Bank Indonesia bermain di pasar. BI terus memantau pergerakan rupiah agak tidak terpuruk lebih jauh dengan melakukan intervensi pasar, ucapnya.(*)