Bandung (ANTARA News) - Gubernur Aher meminta kepada seluruh kepala daerah tingkat kabupaten/kota yang kini masing-masing ditunjuk menjadi ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), untuk terus memantau harga-harga sembako dan distribusinya agar terjadi keseimbangan, khususnya di daerah yang tingkat inflasinya tinggi.

"Kita minta semua kabupaten dan kota, khususnya daerah yang tingkat inflasinya selalu diukur setiap saat, untuk terus memantau harga-harga dan distribusi barang khususnya sembako dan permintaan masyarakat supaya terjadi keseimbangan dan tidak ada masalah," kata Aher dalam siaran persnya, Selasa.

Instruksi tersebut disampaikan Aher saat ia, TPID dan para bupati/ wali kota se-Jabar serta Bank Indonesia Perwakilan Jabar menggelar high level meeting di Gedung Sate Bandung beberapa waktu lalu.

Di satu sisi Aher memahami bahwa hukum dasar perdagangan adalah adanya suplai dan permintaan masyarakat.
Ia mengatakan bila permintaan mencukupi kemudian suplai juga stabil maka terjadilah stabilitas harga.

"Tapi kalau ada gejolak harga berarti kan ada persoalan, kemungkinannya adalah suplainya tetap tapi permintaan naik," katanya.

Kemungkinan lainnya, permintaan tetap tapi suplai turun atau suplai turun permintaan naik, hal itulah yang paling dikhawatirkannya.

Namun Aher menegaskan, ketika ada gejolak harga tak serta merta persoalan ada pada hukum dasar perdagangan.

"Ketika ada gejolak harga tentu kita tidak harus berkutat pada hukum dasar tapi lihat dulu ada masalah apa," ujarnya.

Ia mengatakan, harus diteliti lebih jauh, karena bisa saja persoalan seperti itu muncul karena ada aksi premanisme, monopoli distribusi, struktur pasar yang tidak normal, atau karena faktor infrastruktur jalan yang menghambat distribusi sehingga menyebabkan kenaikan harga.

"Jangan-jangan ada premanisme di distribusi, monopoli distribusi atau boleh jadi persoalannya pada infrastruktur jalan atau struktur pasar yang tidak normal," katanya.

"Saya ingin gejolak harga yang berakibat pada inflasi itu diteliti terlebih dahulu jangan sampai kita menyerah begitu saja," lanjut Aher.

Sementara itu Kepala Bank Indonesia Perwakilan Jabar Wiwiek Sisto Widayat menjelaskan, inflasi adalah salah satu indikator ekonomi penting setelah PDB.

Menurut Wiwiek Inflasi merupakan bentuk stabilitas ekonomi yang selalu dipantau setiap hari karena bila harga-harga kebutuhan masyarakat bergejolak maka akan berpengaruh pada kesejahteraan masyatakat.

"Banyak faktor yang mempengaruhi inflasi tapi ada empat faktor besar yang menyebabkan inflasi tinggi," kata Wiwiek.

Penyebab pertama menurutnya adalah masalah pasokan atau distribusi dan kedua, terkait dengan keterbatasan pada infrastruktur.

"Kita paham bahwa infrastruktur di Jabar termasuk baik dibanding daerah lain tetapi masih harus terus ditingkatkan lagi," katanya.

Selain itu, struktur pasar dan mekanisme pembentukan harga juga mempengaruhi inflasi. "Kita tahu komoditas utama masyarakat sangat ditentukan oleh struktur pasarnya seperti apa," ujar Wiwiek.