Karangasem, Bali (ANTARA News) - Kasubid Mitigasi Gunung Agung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Giologi, Devy Kamil mengatakan tim "drone" PVMBG Kota Bandung, Jawa Barat, terlibat dalam misi pemantauan visual Gunung Agung dengan menggunakan alat cangih ini.

"Mereka (PVMBG Bandung) datang ke Bali ingin membantu kami dalam melihat kondisi visual terakhir Gunung Agung dengan menerbangkan drone yang akan diluncurkan pada besok (29/10)," ujar Devy Kamil saat ditemui di Pos Pantau Gunung Agung, Desa Rendang, Kabupaten Karangasem, Sabtu.

Ia menerangkan, dari pengumpulan data-data visual ini akan dijadikan parameter apakah kondisi kawah Gunung Agung mengalami perubahan secara signifikan atau tidak. "Rencananya drone ini akan lepas landas melihat kondisi alam seperti tidak terhalang pepohonan agar tidak mengganggu penerbangan," ujarnya.

Untuk spesifikasi drone yang akan diterbangkan nanti, memiliki kemampuan untuk melakukan terbang tanpa kendali atau sudah diprogram penerbangannya secara otomatis (autopilot). Selanjutnya, drone yang telah diluncurkan tidak dikendalikan dari lokasi tempat peluncuran.

Namun, drone yang diluncurkan ini telah diset dengan program yang telah dibuat khusus sebelumnya atau tidak menggunakan "remote control". Dengan sistem drone ini, akan bermanfaat untuk pengukuran secara berkala sehingga setiap perubahan kawah dapat terus dimonitor.

"Saya mengharapkan alat ini berhasil menjalankan misinya hingga berkali-kali di atas kawah Gunung Agung. Rencananya drone ini akan menjalankan tugasnya memantau kawah Gunung Agung seminggu dua hingga tiga kali," ujarnya.

Pihaknya mengakui, drone yang akan diluncurkan ini merupakan hasil hibah atau dukungan dari aero terascan (ATS) yang ingin berpartisipasi dalam menjalankan misi kemanusiaan seperti PVMBG.

"Hasil visual pesawat tanpa awak (drone) yang diterbangkan seminggu lalu memang terpantau ada tembusan gas di kawah dan lokasinya masih di tempat yang sama," ujarnya.

Devy Kamil menjelaskan, berdasarkan pantauan visual pesawat tanpa awak sebelumnya, terlihat ada tembusan gas pada bagian timur laut dan pada bagian tengah kawah Gunung Agung. "Hasil pemantauan dengan menggunakan citra satelit dan pesawat tanpa awak seminggu yang lalu masih menunjukkan lokasi yang sama pengeluaran gas pada kawah gunung," ujarnya.

Untuk mendukung data visual ini, kata Kamil, juga tetap merujuk pada hasil instrumental dari alat seismik dan deformasi maupun energi termal yang didapat dari Satelit Aster dan Satelit Sentimel Dua. "Ini yang akan menjadi acuan kami untuk melihat evaluasi aktivitas Gunung Agung," katanya.