London (ANTARA News) - Inggris pada Jumat menyatakan yakin bahwa Korea Utara ada di balik serangan siber "WannaCray" yang pada Mei mengganggu layanan bisnis dan pemerintahan di dunia, termasuk Badan Kesehatan Nasional Inggris (National Health Service/NHS).

Menteri Keamanan Inggris Ben Wallace mengatakan Inggris "cukup kuat" menyakini serangan virus yang meminta uang tebusan dari korban tersebut datang dari negara asing.

"Korea Utara adalah negara yang kami yakini terlibat dalam serangan yang mengenai sistem kami ini," kata Wallace kepada radio BBC.

"Kami sangat yakin. Saya tentu saja tidak bisa menjelaskan sampai detail informasi intelijennya, namun diyakini komunitas intelijen dan di sejumlah negara lain bahwa Korea Utara menjalankan peran ini," kata dia.

Virus WannaCry berhasil menginfeksi lebih dari 300.000 komputer di 150 negara hanya dalam waktu beberapa hari dan penyerangnya meminta uang tebusan dengan nilai paling kecil sekitar 300 dolar AS jika para korban ingin bisa mengakses kembali komputer mereka.

Para peneliti siber dengan cepat menyimpulkan adanya potensi hubungan antara WannaCry dengan Korea Utara.

Di Inggris, lebih dari sepertiga dari 236 kantor cabang NHS dan sekitar 19.000 perjanjian terdampak menurut Kantor Audit Nasional Inggris pada Jumat dalam sebuah laporan mengenai serangan virus tersebut.

Lembaga itu mengatakan bahwa WannaCry sebetulnya merupakan serangan sederhana yang seharusnya bisa dicegah jika NHS menjalankan praktik dasar keamanan teknologi informasi.

Tidak ada cabang NHS yang membayar uang tebusan, namun pemerintah setempat tidak mengetahui seberapa banyak kerugian yang diderita NHS akibat gangguan tersebut.

Wallace mengatakan Inggris harus menggandakan kembali upaya untuk memperkuat keamanan siber mereka.

"Ini adalah pelajaran berharga bagi kami semua, dari individu sampai pemerintahan maupun organisasi besar. Kita semua harus berperan dalam menjaga keamanan jaringan kita," kata dia sebagaimana dikutip Reuters.(Uu.G005)